PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA
DA DI RUM
a
g mencu
orang yang berpapasan dengan kami. Dia sangat
tunjukku ke arah pohon
gan mengarahkan pandan
eperti sedang mengaw
intip kami, dibalik pohon jati itu. Usianya kutaksir sekitar
ingin mengumpulkan daun
mperhatikannya. Dia langsung membuang pandang, dan sibuk mengumpulkan daun-daun jati yang sudah jatuh ke tanah. T
sarapan di Pekan,
merasa agak heran
satu minggu sekali disebut Pekan," je
yang aneh gak, sejak
sudn
uatku selalu cemas dan merasa takut. Aku mera
ini kamu datang ke rumah mertua. Jadi masih malu, kikuk,
juga perkataan m
a. Mulai banyak orang yang berlalu lalang di jalan, baik berjalan kaki, naik motor
tu arah. Terlihat ramai, banyak tend
ari Sabtu, biasanya selalu ramai dari
uki area pekan, hiruk pikuk khas
?" tanya mas Roni. A
adisional, sudah jara
ang sayur. Ibu itu hanya duduk di atas bangku plastik kecil, dia memakai jarik, dengan tampah yang berisi bahan dagangan,
s tujuh. Getuknya ju
daun jati. Berarti benar yang dibilang mas Ro
kan kami. Aku segera memalingkan pandanganku, karena lagi-lagi pandangan mata kami beradu.
a bekal air minum. Dia menyerahkan satu kepadaku, sebelumnya membu
kita duduk di sana," tunjuk mas Roni.
mah aj
rindang, dengan akar-akar besar yang menonjol keluar dari dalam tanah. Juga dari atas b
i, untuk kembali pulang. Perjalanan pulang, ternyata jauh lebih cepa
buka gerbang, begitu
Mas." Basa b
ula panas, Pak,"
h Pak Agus, ya." Mas Roni menyerahkan du
" ucap Pak Di
kali ini aku tak berani menatapnya lama. Bulu kudukku meremang
ya mas Roni, ke bik Jum yang lagi
kayaknya Mas,"
olong letak di piring ya. Ambil satu buat Bibi
wa ke tangan bik Jum. Bik Jum menerimanya.
TIKA D
nya Ibu begitu melihat
dapan Ibu. Bapak duduk di kursi u
n tadi. Udah lama kan, kita gak makan tiwul sama getuk. Dul
k tampak menikmati tiwul dan getuk yang kami bawa. Syukurlah, a
anan kesukaan Bapak," kata
kita ke kebun."
tanyaku ragu. Aku takut kal
rusan pekerjaan, biar jadi urusan para l
lagi. Tak mungkin aku berkeras untuk
bersihkan tanaman di samping rumah," ajak I
a membersihkan tanaman menjadi satu alternat
ihkan dedaunan kering dari tan
m gudang. Ibu mau menggemburkan tan
yaku. Wajar, aku belum men
cat warna putih. Biasanya di dalam ember itu letaknya." Ibu tetap asik m
ai mencari ember yang dimaksud Ibu di dekat pintu. Dapat. Aku mengambil
Aneh ... pintu apa itu? Aku mengintip Ibu dari balik pintu gudang, Ibu masih asi
aduhan. Di gudang ini banyak barang tak terpakai
endengar suara Ibu, masih lagi tan
ri sekop tadi." Aku jadi
ah di tan
upa Bu." Aku ja
tanah di dalam pot, untuk menutupi kecanggunganku. Sepinta
TIKA D