icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA

Bab 5 Derap langkah

Jumlah Kata:1053    |    Dirilis Pada: 22/12/2021

DA DI RUM

a

tidak ada sofa ataupun kursi. Hanya terbentang sebuah permadan

itu. Dalam hatiku harap-harap cemas, semoga Bapak menyukain

a Ibuk mencomot satu tempe me

buat." Ibuk menawarkan ke Bapak. Bapak meliriknya sekilas, lalu

." Mas Roni pun memujiku, atau berusaha juga mencairka

elumnya meletakkan tisu dibawah piring tempe. Agar tak m

la nafas, ternyata u

TIKA D

t kamar yang indah dengan banyak ornamen lukisan di setiap sudutnya. Mas Roni s

an mataku ke seluruh ruangan kamar ini. Tak ada yang mencurigakan. Kucoba memejamkan mata, beberapa kali ganti po

ang. Aku seperti mendengar derap langkah di depan jendela kamar. Aku meng

guling lagi. Masih lagi mataku akan terpejam, aku seperti mendenga

erti ... derap langkah kaki kuda. Iya, tak salah lagi. Ini suara langkah kaki

as Roni. Dia hanya menggeliat menukar

nya. Dia tetap tak terbangun. Aneh, bia

nikan diri mengintip keluar. Tak ada apa-apa. Apa cuma

ahkan kali ini disertai dengusan. Mendadak aku merasa takut, peluh mem

la lagi. Aku terkesiap melihat ada seekor kuda di depan jendela kama

atku, pandangannya nanar ke arahku. Dengan muka pucat yang cukup menyeramkan, sontak kututup tirai. Dadaku berdebar kencang. Kak

raku seperti tercekat di tenggorokan. Ke

... tol

ibirku tak mampu kugerakkan. Kupejamkan mataku kuat

Aku ter

lagi?" tanya suamiku yang

u memburu, ternyata

mengingat wajah kedua anak itu. Wajah yang men

begitu gugup. Kuarahkan telunjukku ke jendela.

sikapku. Pandangannya mengikuti arah telunjukku. Dia

mimpi saja," kata Mas Roni,

agi saja, masih

ku. Berusaha menenangkanku. Tubuhku gemetar, di

TIKA D

yang membangunkanku. Kukerjapk

dulu yuk. Nanti lanjut t

dan berwudhu. Aku lebih khusyuk dalam menghadapNya. Kejadian ta

agi. Ikut gak?"

Aku menerima

eskipun sebenarnya masih sangat mengan

rasal dari kamar Ibuk, saa

anger gak?

a?" Dia ta

kamar Ibuk," k

gikutinya dengan menggelayut di tangannya. Da

ar Ibuk. Mas Roni menganggukkan kepala, pe

tok

" panggil

iba-tiba senyap. Tak lagi terde

tok

ni coba sekali la

Ibuk dari d

s Roni, khawatir ada apa-

anya menyahut, tan

," kata Mas Roni meminta izin. Ma

encana kami yang mau lari pagi. Yang penting su

patung kuda warna coklat keemasan di hal

makin takut. Tapi tak mampu mengalihkan pan

an

, Mas Roni tiba-ti

anget liat patung ini," u

kayak hid

katanya mau ikut lari. Mumpung bel

ranya sangat segar, wajar saja. Disini masih banyak pepohonan, juga

TIKA D

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka