PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA
DA DI RUM
a
s Roni dengan semakin menger
Buat Roni, menikah cukup sekali seumur hidup, dan itu harus dengan or
t perkataan Bapak. Tapi demi Ibumu, yang merengek setiap hari
akan pergi dari sini. Roni tak butuh kekayaan ini, Roni hanya i
egitu besar cintanya padaku, hingga dia rela meninggalka
apak mencebikkan bibir
tatus istri Roni. Dewi sudah jadi anak mantu kita Pak. Ibuk gak mau, Roni pergi l
ancurkan batu sekeras karang. Seperti Bapak, yang
sayang Ibumu denganmu, samp
lu meninggalkan kami
sampai mengigau, kamu ingatkan, sejak kecil Bapak yang paling menyayangi kamu. Bapak seperti itu,
oni. Yang sepertinya juga keras hati. Ibuk s
dah siap," kata Bik
tar lagi kami tu
hari ini Bapak tetap tak bisa menerima perni
lengkan kepala begitu
asalahkan kata-kata Bapak. Sepertinya b
Pasti kalian juga capek, sia
an tubuhnya masih bugar. Di usianya yang tak lagi muda. Aku mengaguminya, saat pertam
in, tanpa ekspresi. Kami makan tanpa obrolan, senyap. Rumah yang besar ini, jadi
luar rumah. Tak tau kemana. Aku masih merasa kikuk. Aku
saja." Bik Jum berusaha
." Aku tetap
asa kaku disini. Anggap saja rumah
lu. Ibuk tinggal dulu ya, Ib
g berlalu ke
TIKA D
kontrakan kami. Jendelanya langsung mengarah ke ara
na. Disamping rumah terdapat beberapa tanaman bunga hias yan
hat raut wajah mereka yang tegang. Mudah-mudahan mereka tak melihatku
engalihkan pandangan ke arah jendela ini. Jantungku berde
ri kamar mandi, merasa heran melihatku, yang
ng berjalan ke arah kamar mandi. Mal
Kami menaiki angkutan umum tadi, berjejalan di dalamnya membuat tubuhku terasa
ni. Selama ini mas Roni tak bercerita banyak tentang keluarganya. Aku menge
ua yang ingin mengadopsiku. Tapi menurut bu Yanti, aku tak pernah mau. Selalu sembunyi, setiap ada orangtu
ua yang jatuh hati. Ingin aku jadi anak mereka. Tapi entah kenapa, hatiku tak ingin memiliki k
oni dari luar kamar mandi,
eras. Suaraku beradu deng
" Dia mungkin khawatir, melihatk
" sahutku. Kup
alan ke rumah teman Mas," kata suamiku
ngantuk." Aku memang
luan ya. Mas, mau ke rum
," kataku, kuedarkan pandanga
sakan tak nyaman, sepe
napa?" Matany
rhatiin," kataku agak berbisik. Seakan-akan
sudah tidur gih. Apa perlu, Mas
gangnya, untuk menutupi perasaa
TIKA D