Broken Vessel
padahal baru beberapa jam berlalu sejak
gumamku sambil menggeleng-gelengkan kepala. Saat ini aku dan Layla sed
yang melaju dengan cepat. Mereka mencari-cari kami lewat jalanan be
ayla yang terdengar terburu-buru. Aku menengok ke kiriku, meli
Ya sudah, ayo." Kami berjalan memasuki
dalam perlintasan sempit ini. Kuharap mereka terus mencari kami di jalan
adi kamu lakukan kepada Nona
rintahku," jawab Layla yang berjalan di depanku, dia ti
. Selama ini dia hanya pernah membaca pikiran saja. Baru kut
ental," ungkap Layla sambil tersenyum bangga. 'Benar juga. Tidak mungkin dia
beriringan denganku. Kami berjalan tanpa mengatakan apa
ana kita akan pergi setelah keluar dari Ibu Kota?"
wab pertanyaanku. "Bagaimana kalau kita ke uta
i Ibu Kota sehingga mereka pasti akan kesulitan untuk mengejar kami di sana.
tetap mengikutimu," balasku yang setuju dengan u
auhnya?" tanya Layla yang t
wabku yakin sambil tersenyum kepadan
kalau aku masuk ke jurang," candanya sambil t
ng sedang mengawasi kami. Kuhentikan langkah
ngkahku. Aku meletakkan jari telunjukku pada bibirku memberi isy
unan-bangunan yang menjulang tinggi di sisi kanan dan kiri kami. 'Ini buru
hat dia menganggukan kepalanya sekali lagi. 'Baguslah. K
suara tembakan mengikuti kami dari belakang. Beberapa tembakan me
ke dalam bangunan,' usulku dalam hati karena ta
ng tanganku dan menarikku masuk ke dalam seb
ini. Orang-orang berkerumun untuk melihat-lihat barang yang
masih menggandeng tangan kiriku la
etalase. Karyawan toko busana menyambut kami dengan ramah. Sepertinya mereka m
u mau pilih pakaianku dulu," perintah Layla sambil menunjuk area pakaian pere
pucat, dan jeans denim biru gelap lalu kubaw
ingin ditambahkan, Tuan?" tanya wa
eball terpajang di rak kayu. Kuambil salah satu y
rkan sebuah dompet dari saku celanaku dan menyodorkan 3 lembar
rak meja. Dia mengemas pakaian yang kubeli ke dalam tas
ngganti pakaianku. Kumasukkan pakaian lamaku
g dipajang di rak kaca. Terdengar suara langkah kaki mendekatiku dari bel
unggu lama, kan?" tanyan
Aku terpukau melihat penampi
tam, rok biru gelap bermotif kotak-kotak, cardigan cokelat, dan boo
ah mulai nampak di pipinya. "Ayo kita pergi dari sini sebe
asuk sebelumnya. Sebelum keluar dari gedung ini, kami membuang ponsel
anjaan ini. Jalanan besar ada di depan kami.
di dekat kendaraannya. "Pak, apa kami boleh menumpa
a itu sambil tersenyum bahagia. Tampaknya dar
taksi mengenakan sabuk pengamannya lalu be
lanya dan tidak bertanya lagi. Dia menyalakan mobilnya l