Broken Vessel
nyerang kami. Hari-hari berlalu jauh lebih damai daripada sebelum
ng referensi untuk menyimpan berkas ka
tidak dapat terbuka. 'Apa ini? Tidak biasanya rua
ki dari dalam, bunyi itu semak
ampakkan sosok yang ada di dalam ruangan tersebu
sampai-sampai mengunci
rtanya balik padaku. 'Setidaknya jawab dulu pe
yang lalu." Aku menunjukkan kumpulan kertas ya
uk. Layla tidak menjawab pertanyaanku sebelumnya membuatku
n sepatah kata pun. Kuhembuskan napas pasrah dan memutuskan untuk m
an "Fylax", lemari tanpa pintu yang berisikan i
eningan di tempat ini. "Tr
ngajakku kabur?' Aku menatapnya dengan
rjelas ajakannya. 'Kabur dari Treis ka
aja. Kami hanya berdiri diam di ruangan yang dipe
gaikan palu yang menghantam kepalaku. 'Ya, kamu benar, dari dulu aku memang s
hku. Kulonggarkan dasi hitamku dan melepaskan 3 ka
kepada Treis." Aku menunjuk mantra sihir yang melingkar di leherk
mencoba kabur dari mereka, aku akan kehilan
a mengangkat tangan kanannya dan menyentu
Layla dengan suara kecil. Tatapan matanya me
pasti akan berusaha menyingkirkan apa saja yang berpotensi mem
nku dan menurunkannya dari leherku. Kurasakan tanga
menatapku dengan lekat. "Kali ini aku yang akan menolongmu, aku p
i kekangan mereka? Apa kamu bisa memegang perkataanmu itu?" tanyaku i
. "Ya, tolong bebaskan aku." Aku me
angannya menepuk-nepuk punggungku untuk menghiburku. Kubenamkan kepalaku di lekukan lehernya.
an Layla menikmati pemandangan kota di teras atap markas
ku dari kontrak Treis?" Aku menyentuh
h satu matanya sambil cengengesan. Aku tersenyum kesal karena dia tidak
malam telah tiba. Cahaya dari jendela gedung-gedung tampak begitu indah bergeme
purnama itu. Layla menganggukan kepalanya setuju dengan
kepalanya pada bahuku. Kedua matanya tertutup rapat dan napasnya terdengar teratur. Aku tersenyum meli
ian yang seperti ini. 'Seandainya kedamaian ini dapat bertahan lebih lama lagi atau b
ut dia akan sakit jika terlalu lama terpapar angin malam
skan juga sepasang sepatu dari kedua kakinya lalu k
lum beranjak dari tempatku dan meninggalkan ruangan ini. Ku
h sosok yang berdiri di balik punggungku. Sosok berjubah hitam dan t
yo kita mengobrol di tempat lain," ajakku dengan nada dingin. Sebel
tanyaku tan
ngan kanannya. Suaranya berbeda dengan orang yang menyera
alasku dengan arogan. Di
ama kamu tidak mengusik kami, kami juga tidak akan mengus
ada yang bisa menahan seranganku dengan es miliknya dan se
njadi lorong yang berada di depan pintu kamar Layla. Aku melangkahkan kakiku m
rak sepatu. Jas hitamku kutanggalkan dan kugantung di gantungan baju yang mene
danku di atasnya. Kutarik selimutku dan menu