Broken Vessel
eberapa pasang pakaian. Setelah itu, kulangkahkan kakiku memasuki kamar man
Kutatap pantulan diriku di cermin. Penampilanku berantakan sek
r yang berupa seperti tato putih melingkar di
k akan hidup seperti boneka mereka." Jariku menggaru
eran agar airnya tidak meluap ke lantai. Kucelupkan badanku ke air lalu menyandar
ngenakan pakaian yang kering dan nyaman. Kulangkahkan k
kayu itu. Kuambil ponselku dan mencoba menyalakannya. Alat komunikas
Kuletakkan kembali benda itu di atas
ejenak. Kurebahkan badanku di atas
*
but hijau gelap dan wanita berambut ungu magenta duduk berhadapan. Secarik kertas terletak di at
bagian kosong di sudut kiri bawah. Anak itu menganggukan kep
s, terbang ke arah bocah itu dan melilit lehernya. Dia terjatuh dari kursi
n itu dari kursinya. Mata biru cerah wanita itu memandang rendah anak
ntuk membunuh orang lain tanpa seizin kami, dan jadilah kaki tangan Treis." Dia bangkit dari ku
*
nangan buruk itu. Aku terduduk di tepi ranjang sambil mengumpulkan nyawa setel
pintu. Tanganku memutar kunci yang menempel pada luba
intu ini. Air mukanya tampak mencemaskan sesuatu. Dia membuk
nganku hingga urat-urat timbul di permukaan kulit. Rahangku men
a?" tanyaku den
n dengan kasus 13 tahun
alu? Untuk apa mereka mencari-cari dokumen itu?' Seketika inga
amu tidak ikut campur dalam masalah ini lagi. Inga
radaanmu di sini, jangan sampai para 'anjing' itu mengendus
hingga tak terlihat lagi. 'Maaf, Kapten, sepertinya aku tidak akan mengindahkan laranganmu. Aku
keluar dari asrama. Saat hendak berbelok ke kanan, aku merasakan sesua
yakin jika aku merasakan 'Arte' milik orang lain di sekitar sini, tetap
Hening, tidak ada jawaban yang kuterima. 'Ha, kamu ingin b
ini. Permukaan datar yang berwarna putih berubah menjadi hitam.
n bergerak ke sebelah kanan. Kuhantam di
n menampakkan dirinya. Orang itu adalah wanita beram
ku-buku jariku yang sakit setelah memukul dinding. Dia t
tetapi kutahan pergelangan
a di sini?" Dia bertanya balik kepa
tanyaanku. Dimana. Layla?" Aku mengula
is jendela. Jadi, seharusnya dia masih ada di sana,"
ol Layla. Terdengar suara tulangnya yang retak dan diikuti oleh suara pekikan kes
itu menyerahkan 2 buah kunci ke telapak tanganku. Kusimpan ke
i pandanganku ketika bayangan itu lenyap. Aku menggunakan 'Arte'-ku
ang tadinya berwarna hitam kini kembali menjadi putih. Tanpa
runi 2 lantai sekaligus tanpa berhenti. Kumasukkan salah satu kunci itu ke
sandar pada dinding. Kedua tangannya terangkat ke atas dengan borgol yang men
a. Kemudian mataku mengarah ke pergelangan tangannya. Kedua alisku berkerut setellalu kuturunkan kedua tangannya ke atas perutnya kemudian