Mendarat di Hatimu yang Retak
/0/31290/coverbig.jpg?v=0ea9fc8fcce8d8b9ba5fa49732c8e2e9&imageMogr2/format/webp)
kaki ribuan orang yang terburu-buru adalah musik harian bagi perempuan itu. Sebagai pramugari senior, Liora sudah hafal mati setiap sudut terminal ini. Hari ini, jadwal te
yang sempurna-dan senyum tipis masih terpatri di wajahnya, meski sebenarnya kakiny
a! Tu
ka, berlari kecil menyusul. "Kenapa,
adwal bulan depan," ucap Siska sambil menyodorkan map plastik. "Eh,
h, kayaknya nggak bisa deh. Aku janji mau mampir ke t
onal yang padat. Saat itulah, segalanya seolah melambat. Di antara kerumunan orang yang men
angan peraknya berkilau terkena lampu bandara. Wajahnya tegas, namun ada raut l
iora pelan, ham
nya. Pria yang menghilang tanpa kabar setelah keluarganya pindah ke luar kota sepul
" seru Liora saat jarak mer
emanggilnya. Namun, begitu pandangannya jatuh pada Liora-atau lebih tepatn
Liora, melainkan sorot mata pen
k Liora yang cantik berseragam biru itu mendadak menjadi bayangan kabur yang menyeramkan. Memorinya terseret paksa ke sebuah malam beberapa tahun lalperubahan drastis pada pria itu. Liora mencoba mendekat, tanga
at!" suara Arlo tercekat
Arlo, kamu sakit
itar mereka menoleh. Wajah Arlo pucat pasi. Keringat dingin mulai muncul di
, hingga aroma parfum yang segar-adalah pemicu yang menghantam mental Arlo tanpa ampun. Baginya,
jik yang tak tertahankan, meski suaranya masih
. "Iya, aku... aku baru kerja beberapa tahun ini. Arlo, kamu kenap
turan. Matanya memerah. Tanpa sepatah kata pun lagi, Arlo berbalik dan setengah berla
un langkahnya terhambat oleh koper beratnya
alik pintu otomatis. Rasa senang yang tadi membuncah kini berganti menjadi rasa bingung dan s
a adalah monster? Apa yang terjadi pa
yang profesional, dia tidak boleh menangis di tempat umum dengan seragam ini. Tapi jauh di dalam hatinya, per
kopernya perlahan, meninggalkan keramaian dengan seribu pertanyaan yang tak punya jawaban. Di luar sana