Mendarat di Hatimu yang Retak
kemarin, Liora menghabiskan waktu luangnya dengan termenung di balkon apartemen kecilnya. Di tangannya ada sebuah foto lama yang sudah agak menguning di bagian pingg
harus jadi sekeras i
nya sakit, dan sebagai kru cadangan, Liora harus masuk untuk penerbangan malam menuju Singapura. Liora menghela napas, rasa lelah yan
nampilkan rancangan maket sebuah resort mewah. Namun, konsentrasinya buyar. Pikirannya terus melayang pada keb
ngat saat Liora kecil menangis karena jatuh dari sepeda, dan Arlo berjanji
rsalah karena sudah membentak Liora mulai merayap, tapi e
ak memiliki nama pengirim, hanya sebuah kotak karton cokelat kecil. Saat dibuka, mata Liora membelalak. Di dalamnya ada gantungan kunci berbentuk bo
is. Tapi senyum itu memudar saat dia meliha
-barang masa lalu ini baik-baik, karena di masa depa
lo sedang mencoba memutus ikatan terakhir mereka, tapi caranya sangat kasar. Liora
mencari nomor telepon sekretaris
Tolong sampaikan ke Pak Arlo, kalau dia mau buang barang masa lalu, jangan setengah-setengah. Saya tunggu dia di taman komp
. Dia tahu ini nekat. Dia tahu dia mungkin ak
lu sering mereka pakai sudah berkarat, dan rumput liarnya mulai meninggi. Liora mengenakan pakaian s
ngkin Arlo benar-benar tidak peduli. Mungkin bagi Arlo, Liora hanyal
ebuah mobil hitam mewah berhenti di pinggir jalan. Arlo keluar da
npa basa-basi. "Kamu telepon kantor cuma buat drama
h, jadi arsitek sukses ini bisa dat
ya sangat mengintimidasi. "Aku sudah kasih barang kamu balik. Aku s
a, Arlo! Anak perempuan yang dulu kamu kasih setengah bekal makan siangnya pas aku lupa bawa dom
u, aku denger suara Sheila yang ketawa di belakang punggungku. Setiap kali aku lihat
i Arlo, meskipun pria itu sempat mundur selangkah. "Kamu nggak bisa hukum aku atas kesalahan
k dekil itu. Tangannya gemetar. Dia ingin membuangnya ke semak-semak, dia ingin menunjukkan b
et sama segala hal yang berhubungan sama aku,"
ng muka. Dia tidak membuang boneka itu, melainkan mem
hujan," ucap Arlo, suarany
erhenti bersikap kayak orang asing kalau ketemu
berhenti sebentar. "Aku nggak janji apa-apa. Tapi tolong... jangan pakai se
rdiri mematung. Ada rasa perih di dadanya, tapi juga ada sedikit harapan. Arlo tidak m
ri. Arlo bukan cuma benci pramugari, dia benci pada dirinya sendiri yang pernah terluka. Dan Liora, dengan segala kekeraspalaannya, baru saja memutus
i mata Liora. Dia akan menarik Arlo keluar dari bayang-bayang Sheila, bagaimanapun caranya. Karena ba