Mendarat di Hatimu yang Retak
e dengan rambut yang masih agak basah karena sempat kehujanan di taman tadi. Di telinganya, suara hujan yang menghantam atap m
alan biasa?" tanya sopir ta
iora singkat. Dia menyandarkan kepalanya
iora menghela napas panjang. Itu artinya dia harus bangun jam tiga pagi, bersiap, dan mengenakan seragam biru itu lagi. Seraga
terus muncul. Dia merasa seperti sedang berjalan di atas tali tipis; di satu sisi dia ingin menjaga persahabatan mereka, ta
nyusuri koridor dengan langkah yang dipaksakan tegak. Matanya sedikit sembab, tapi makeup profes
" tanya Rian, salah satu pramugara y
Biasalah," jawab Liora
ke Bali buat proyek pemerintah. Katanya sih VIP, jadi kita harus ekstra saba
Namun, saat dia berdiri di depan pintu pesawat untuk menyambut penumpang yang mulai masuk, jantungnya mendad
Dirga
lebih dingin dari AC pesawat. Arlo sedang bicara dengan asistennya saat kakinya melangkah masuk ke dalam kabin. Begitu dia
utar bagi mereka berdua di
m kebaya yang melekat sempurna, dan papan nama perak yang berkilau. Di mata Arlo, ini adalah mimpi buruk yang menjadi kenyataan. Dia terpaksa menggunakan
a yang sedikit bergetar, namun tetap berusaha profesional. Dia tidak menyebut n
ekaligus kerapuhan. Dia melewati Liora begitu saja tanpa sepatah kata pun, meninggalk
ik Rian yang menyadari
n. Cuma pusing dik
ndari kontak mata dengan Arlo yang duduk di kelas bisnis. Tapi tugas tetaplah tugas. Saat p
Arlo duduk di sana, menyandarkan kepalanya sambil memejamkan mata, tapi Liora tahu pria itu tidak
, apel, atau air mineral?" tanya Liora dengan na
mata Liora. Ada keheningan yang menyakitkan di anta
agar penumpang lain tidak mendengar, tapi cukup tajam untuk m
osedur kami untuk menawarkan pelayanan. Bapak terlih
t mengintimidasi. "Kamu dengar nggak sih? Aku bilang pergi! Aku nggak sudi
hnya panas karena malu. Hinaan Arlo kali ini benar-benar keterlaluan.
nya menjalankan tugas saya secara profesional,"
yak pria yang kamu kasih senyum 'profesional' itu setiap hari, Liora? Apa itu juga
l
mannya ke atas meja lipat Arlo dengan suara yang cukup ker
nah sekali-kali Bapak merendahkan harga diri saya dan rekan-rekan saya di sini," ucap Liora dengan mata yang berkaca-k
dibendung lagi. Dia gemetar hebat. Arlo benar-benar telah berubah menjadi orang asing yang mengerikan. Di
disi Liora. "Ra! Ada apa? Itu penump
asahi pipinya yang dipulas blush-on. "Dia... d
Dia tahu dia keterlaluan. Dia tahu Liora hanya menjalankan tugasnya. Tapi rasa sesak di dadanya setiap kali melihat seragam iturluka parah menahannya di kursi itu. Dia memilih untuk tetap diam dalam kegelapan yang dia ciptakan sendiri,
adalah siksaan. Dia harus tetap keluar kabin, tetap tersenyum pada penumpang la
n terima kasih kepada para penumpang. Dia berharap Arlo akan lewat tanpa bicara lagi. Namun, saat
u, kamu dan Sheila adalah satu jenis yang sama. Cuma beda kemasan
ilang di garbarata, menyadari bahwa usahanya untuk menyembuhkan Arlo mungkin adalah sebuah kesalahan besar. Pri