Karma Manis untuk Tuan yang Sombong
/0/31173/coverbig.jpg?v=6638fc12a4d08d1eb630f7202f105bd6&imageMogr2/format/webp)
l bercampur dengan aroma alkohol yang menyengat menusuk hidungnya. Kinanti mengerjap, mencoba mengumpulkan kesadarannya
ak tangannya, dan kehangatan kulit seseorang yang bersentuhan dengan lengannya. Kinanti m
a Adi
utupi dahi. Namun yang membuat dunia Kinanti runtuh bukan sekadar melihat Arjuna di sana, melainkan fakta bahwa
," bisik Kinanti. Suara
proyek barunya. Sebagai orang yang menumpang di rumah itu dan merasa berutang budi, Kinanti hanya berniat membantunya
ngin segera lari. Ia ingin menghilang sebelum matahari benar-benar naik. Namun, see! Happy
ak kue di tangannya merosot, jatuh ke lantai hingga isinya hancur berantakan.
. Oksigen seolah tersedo
ah karena sisa alkohol menatap nanar ke arah pintu, lalu beralih ke sampingnya-ke arah
Arjuna parau, p
as menghapus riasan wajahnya yang sempurna. Ia menatap Kinanti dengan tatapan y
ama pembantu ini?" suara Valerie melengki
mencoba turun dari ranjang, tidak peduli dengan kondisinya sendiri, ta
ya beralih pada Kinanti. Tidak ada lagi kehangatan atau rasa kasihan di m
!" bentak Arjuna. Suaranya meng
er nggak tahu," Kinanti tergugu. Tubuhnyaingga gadis itu memekik kesakitan. "Nggak tahu? Kamu pikir aku b
pah, aku cuma ba
cuma parasit di rumah ini. Orang tua aku kasih kamu tempat tinggal, kasih kamu makan, kasih kamu se
deras, membasahi pipinya yang memerah. "Aku nggak
ndinya dan memakainya dengan kasar. "Lihat apa yang kamu buat. Kamu hancurin rencana aku
endah. Statusnya sebagai "gadis kampung" yang ditolong keluarga Adiwangsa kini benar-benar menjadi senjata untuk menghakiminya. Di mata s
menatap ke luar dengan napas me
dongak kage
ncul di depan muka aku sampai aku tahu giman
i pakaian secepat kilat. Setiap detik yang ia habiskan di sana terasa seperti siksaan. Saat ia k
apan tajam dari para pelayan yang berkumpul di lorong. Mereka berbisi
ihatannya aja polos, t
ri. Sudah ditampung malah
luruh ke lantai. Dadanya sesak, rasanya seperti ada tangan raksasa yang meremas jantungnya sampai h
satunya harta yang ia miliki sebagai orang miskin. Dan sekarang, dalam satu malam, harta itu hilang. Hilang oleh
ngat mencintai Arjuna. Kinanti tahu betapa hancurnya perasaan wanita itu. Tapi siapa yang akan p
yangan. Dan bayangan tidak p
unya membuat Kinanti tersentak. Itu adala
uan Besar manggil k
terlihat setegar mungkin meski kakinya terasa seperti jeli. Ia berjalan menyusuri
yang sangat gelap. Di sampingnya, Nyonya Adiwangsa menangis pelan sambil memegang tisu. Dan Arjuna... pria
at. Suaranya berat dan penuh wibawa, j
u paling pinggir, menunduk
besar keluarga ini. Kamu, Kinanti, saya sudah anggap kamu seperti anak sendiri. Saya biayai kul
lakukannya, Tu
di ranjangnya. Dan Arjuna bilang dia nggak sadar sama sekali.
a ia juga merasa ada yang aneh dengan kepalanya semalam. Tapi siapa yang akan percaya? Di
ya tajam seperti pisau. "Aku mau cari Valerie. Aku mau jelasin ke dia.
Jun, kalau sampai dia hamil gima
ri. "Gampang. Suruh dia gugurkan atau buang saja. Aku nggak peduli. Dia y
atap Arjuna dengan mata berkaca-kaca. Ia tidak menyangka pria yang biasa
bukan solusi sekarang. Kinanti, untuk sementara, kamu jangan keluar dari rumah ini. Saya akan kirim kamu ke rum
n, kuliah
i. "Kamu sudah bikin malu keluarga ini, masih berani mikirin kuliah? Ka
memutih. Di ruangan itu, ia merasa seperti terdakwa yang
ungkuk, mendekatkan wajahnya ke telinga Kinanti s
namun penuh penekanan. "Kamu salah. Kamu baru saja memulai ner
dan keluar dari rumah dengan kecepatan tinggi. Bunyi derit ban mobilnya ter
an Nyonya Adiwangsa. Ia merasa dunianya sudah runtuh. Tidak ada jalan kembali
pakaiannya ke dalam tas ransel tua miliknya. Ia tidak akan menunggu sampai besok untuk dikir
eraba perutnya yang masih rata. Sebuah ketakutan baru muncul di benaknya. Bagaimana jika p
tolong jangan s
u-buku kuliah, atau sekadar menanyakan apakah ia sudah makan. Kebaikan-kebaikan kecil itu yang membuat Kinanti m
Ini adalah lantai satu, cukup rendah untuk ia lompati. Ia tidak punya tujuan, tidak p
i gerbang samping yang biasanya tidak terkunci rapat. Ia berlari menjauh dari rumah megah itu, menjauh dari kehidu
ah halte bus yang sepi. Di bawah lampu jalan yang temaram, ia duduk memel
alerie sedang mengemasi barang-barangnya untuk pergi ke luar negeri, meninggalkan luka yang tak terobati. Dan yang paling penting, ia tidak tahu bahwa di dalam dirinya, sebuah
dirian, di tengah dinginnya malam dan ketidakpastian masa depan. Ia hanyalah gadis k