Pelayan Ranjang Maduku
mendadak sedingin kutub utara. Sejak kejadian hari Sabtu itu, Arkan benar-benar mendiamkannya. Nggak ada sapaan, nggak ada kecupan sebelum berang
etujui. Tapi pikirannya melayang. Dia masih ingat wajah kecewa Arkan yan
yuk? Gue di depa
endesah lega. Maya adalah satu-satunya orang yang tahu luar dalam
ran. Maya sudah duduk manis dengan es kopi susu di tangannya. Wajahnya nggak seperti
ntu," sapa Kalila sambil duduk
ang, Kal. Apalagi gue tau lu baru aja naik jabatan dan pasti lagi banyak te
gup kencang. "Soal Arkan l
, lalu meletakkannya di atas meja, menghadap ke arah Kalila. "Ini soal Di
inya? Dimas sedang berada di sebuah kelab malam yang cukup terkenal mahal di Jakarta Selatan. Di atas meja di depan Dimas, berderet botol-botol minuman keras
eolah berhenti berputar
geram. "Temen gue nggak sengaja liat dia di sana. Awalnya dia nggak yakin, tapi pas dia liat akun temennya Dimas ya
ng sama gue minggu lalu kalau dia butuh empat juta buat biaya praktikum lapangan ke lua
nanya sama sepupu gue yang kebetulan satu kampus sama Dimas. Lu tau apa katanya? Dimas itu udah jarang masuk kuliah. Dia lebih seri
ng yang dia kasih dengan menyisihkan jatah tabungannya sendiri, uang yang dia ca
h dicaci maki sama Arkan karena gue dianggap pelit sama adeknya. Gue dibilang sombong karena nggak
kal balikin duit lu," Maya menggeser duduknya,
uah toko sepatu branded. Di tangannya ada kantong belanjaan besar. Di foto itu tertulis caption: 'R
gnya, dia bukan cuma dianggap mesin ATM, tapi juga bahan olokan. Dimas
, May. Apa dia bener-bener nggak
kan gengsian orangnya. Dia pasti ngerasa bangga punya adek yang kelihatannya 'high
rumah tangganya hancur. Dia takut menyandang status janda di usia yang masih muda. Dia takut omongan orang tua da
pasti bakal belain adeknya mati-matian. Dia bakal bilang itu f
bukti-bukti ini. Nanti malam, coba lu pancing mereka. Tanya soal praktikum itu, tanya soal laporannya
ua gue, May. Delapan juta me
gan? Lu tuh terlalu baik, makanya lu diinjek-injek. Denger ya, mulai besok, kartu ATM lu, p
buruk. Selama dua tahun ini, dia sudah memberikan segalanya. Cintanya, tenaganya, hartanya. Tapi apa y
sa bersalah karena kejadian hari Sabtu. Dia justru merasa muak melihat rumah yan
enarnya Kalila benci tapi selalu dia biarkan. Di sampingnya ada Dim
masih dengan mode mogok bicara ta
gak langsung masuk kamar, tapi dudu
r nih. Tadi Ibu pesen katanya Mbak Kal
an sangat polos, dengan wajah yang seolah nggak punya dosa. Sia
ada bilang gitu?"
Kalila. "Ya... biasanya kan gitu. K
ar AC Ibu sama uang praktikum kamu yang empat juta i
okus ke ponselnya lagi. "Iya, makasih ya
ota mana kemarin jad
, kamu belum cerita sama Mas
n tanah gitu. Capek banget makanya aku sekarang lagi istiraharena menahan amarah. "Oh, pemetaan tanah ya?kan gamenya. Wajahnya pucat pasi. Arkan menger
sih, Kal? Meja bar
dikirim Maya. Foto Dimas dengan botol minuman di depanny
ila menjauhkannya. "Mbak... itu... itu cuma.
ampir lima juta rupiah. Kamu pamer di medsos temen kamu. Kamu bilang 'thanks to my sist
ela adeknya. "Mungkin itu foto lama! Atau dia cuma dipak
di kamar karena kamu bentak-bentak, adek kesayangan kamu ini lagi foya-foya pake uang yang ak
" Dimas mulai berakting gemetar
Biar Mas yang urus Mbakmu ini," k
, meninggalkan Arkan dan Kalil
. Nggak perlu didepan mukanya gitu. Dia itu masih muda, masih pengen tau dunia. H
il aku kerja keras! Aku kasih buat pendidikan, bukan buat dia jadi sampah masyarakat di kelab malam
yang bantu dia, siapa lagi? Kamu tuh emang dari awal nggak p
erjalan!" Kalila menyambar tasnya. "Mulai hari ini, nggak ada satu sen pun uang aku yang keluar buat Dim
ganjal pintu itu. Dia tidak mau diganggu. Dia bisa mendengar Arkan berteriak-teria
ah luruh satu per satu. Dia mengambil laptopnya, membuka aplikasi perbankan, dan mengganti semua passw
permulaan dari perang yang sesungguhnya. Tapi dia juga tahu, dia nggak akan pernah mau jadi mesin ATM lagi. Ma
cana hidupnya sendiri. Tanpa paras