Kebohongan Manis Sang Tunangan Setia
a
anggal yang seharusnya menjadi hari pernikahan saya, kin
ar negeri demi Habib. Dia bilang, "Kita akan membangun masa depan ber
erasa seperti
a? Kamu serius? Tapi sebentar lagi kan
n dibatalkan, Rita. Saya akan menc
saya, buku laporannya sudah saya kembalikan. Meskipya mencelos. Habib dan Hanan duduk di sofa ruang tamu, saling berdekatan. Hanan memegan
b, melirikku. Matanya tertuju
hu. "Hanya beberap
enyisakan rasa mual di perutku. "Kak Lea, apartemen ini teras
ah merapikan. Merapikan semua
keliling. "Oh, iya. Memang terasa le
gkat. Saya tidak ingin berlama-lama ada di sana. Sa
Lea. Dia pasti lelah." Hanan menatapku lagi, senyumannya semakin lebar. "Terima kasih banyak,
h membatalkan pernikahan. Dia sengaja memamerkann
. "Jika tidak ada yang lain, saya permisi dulu." Saya ingin segera
h? Aku hanya ingin berterima kasih. Atau mungkin, Kak Lea tidak suka m
h marah. "Lea, jaga sikapmu! Hanan hanya ingin be
erusaha menahan amarah yang memba
apa hari ini!" bentak Habib. "Ikut aku, kita ma
retku keluar dari apartemen
nan untuk Hanan dengan sangat teliti. Dia menanyakan
rikan saja... apa yang biasa kita makan.
era makan," ja
a salmon panggang," kata Habib kepada pelaya
n, senyum tulus kembali ke wajahnya. "
Kak. Tapi melihat Kak Habib perhatia
di depan saya. Perut saya terasa bergejolak.
aku nyaris berbisik, "Ka
nya langsung berubah
di restoran ini, tiga tahun lalu. Aku pernah masuk UGD karena itu." Saya ingat
anan, tapi melupakan ale
fkan aku! Aku benar-benar lupa. Aku akan minta mere
n di depan saya. Saya hanya menatap ke
dering. Itu nomor Bu Tari.
bersifat rahasia, kita akan mulai besok pagi. Pene
apa yang sedang saya bicarakan. Hanan memegang tangan Habib, kepalanya bersa
awab saya, "Saya s
u akan melaluinya. Oh, ya. Pernikahanmu... apa su
l dengan Hanan. Ada kilatan tekad di mata s
rdiam, menatapku. Habib mel
," kata saya, suaraku lantang dan jelas, cukup agar mereka
anya membesar. "Perg