Kebohongan Manis Sang Tunangan Setia
a
ya tidak meneleponnya, tidak mengirim pesan. S
tersenyenyum cerah, memegang perutnya yang sedikit membuncit, diapit oleh Habib dan kedu
nyuman yang selama ini saya rindukan. Sebuah senyuman yang tidak p
rlihat di antara kami. Dia selalu punya alasan untuk tidak datang ke acara keluarga. Namun, di foto ini, d
mparkannya ke ranjang. Saya tidak sanggup lagi meliha
temen. Wajahnya khawatir. "Lea, kamu serius mau batalkan per
a... ada beberapa hal yang ti
udah tunangan, Lea. Kalian sudah bersama bertahun-tahun.
, yang menginginkan pernikahan. Tapi sekarang saya menyadari, dia menginginkan pernikahan y
ini kepadanya? Bagaimana saya bisa mengatakan bahwa tunangan saya menghamili wanita
dia adalah orang yang tepat, L
an hadapi ini bersama. Apapun
tidak cukup untuk mengisi kekosongan di hati
en. Kami tidur di sofa, saling berpe
k, rambutnya sedikit acak-acakan. Dia baru pulang. Matanya memandang Laras yang ada di sam
nada suaranya terdengar tida
dia sebenarnya jijik dengan bau Laras, bukan bau rokok. Laras memang suk
ya tidak mengatakan apa-apa. Saya tahu dia ingin men
dan Laras yang masih duduk di meja makan. "Nanti malam kita harus pergi ke
pahit muncul di bibir saya. "B
keluarga inti. Ini acara yang le
aya hanya menatap koso
rsenyum lagi, mengetikkan sesuatu. Pasti Hanan. Ada kelembutan d
. Dia bisa begitu lembut, begitu penuh perhatian pada H
a sedikit lebih tenang. "A
uk kembali merayap. Setiap kali dia mengatakan itu, saya tahu