Kebohongan Manis Sang Tunangan Setia
/0/30871/coverbig.jpg?v=feb9aab134a5bfad82870c49005f1b07&imageMogr2/format/webp)
a ia menghamili wanita lain demi membalas budi keluarga. Wanita itu adalah
an sudah hamil dua bulan. Semua permintaan Habib hanyalah
iri dan memfitnahku telah mendorongnya. Tanpa ragu, Habi
ada artinya. Di hari yang seharusnya menjadi hari pernikahan kami, a
lih untuk hidup de
a
a
ingaku, membeku di udara dingin ruangan kami. Aku memandangnya, mataku mungkin
rapi di lemari. Undangan sudah tersebar. Tapi Habib, tunanganku, arsitek sukses
uaraku pecah, hampir tid
in punya keturunan sebelum terlambat. Keluarganya pernah menyelamatkan bisnis kel
al. "Membalas budi? Dengan menghamilinya?
u, Lea. Ini hanya program bayi tabung. Dia akan mengandung anakku, tapi kita-kita ak
sebuah perintah. Sebuah pengkhianatan yang dibungkus janji manis dan "budi". Saya menc
lebih tegas dari yang k
olong pahami. Ini penting. Ini ad
akdir yang begitu kejam? Bagaimana dia bisa memintaku melihatnya menj
seperti "pengorbanan", "cinta sejati", dan "tanggung jawab keluarga". Setiap kali dia berbicara, saya merasa semakin jauh darinya, semakin keci
. Kotak itu polos, tanpa alamat pengirim, hanya namaku yang tertera di labe
da amplop cokelat. Isinya bukan surat cinta atau hadiah kejuitu adalah Hanan Hardinata. Dan tanggalnya
n sudah hamil beberapa minggu. Bukan "akan" hamil. Tapi sudah hamil
ta. Dia sudah melakukannya. Dia sudah menghamili Hanan, lalu baru datang pada
pengkhianatan. Itu adalah penghinaan. Dia sudah membuat keputusa
seolah-olah semua energi telah terkuras habis. Saya terduduk di lantai, napas saya tersengal-s
ong kosong. Saya hanyalah pion dalam permainan keluargany
semuanya," kataku, suaraku datar, bahkan saya sendiri terkej
yang hancur. Kemudian, saya masuk ke kamar tidur, membuka lemari Habib. Saya mengumpulkan semua hadiah yang pernah diberikannya padaku, mulai dari perhiasan kecil h
ahan saya, saya tidak berada di altar. Saya b
i sana, di tengah kobaran api yang me
erungkap, saat pertama kali Habib mengangkat masalah Hana
nya penyakit langka. Dokter bilang dia mungkin tidak puny
an sakit, tapi saya tidak tahu separah itu. "Teta
ku, Prasetyo Corp, dari ambang kebangkrutan beberapa tahun lalu. Saat itu, kakek Hanan menuntut sebuah janji. Sebuah janji yang tidak bisa kami tolak. Ja
m, Habib!" Saya menatapnya tidak percaya. Itu terdengar seperti ceri
yang harus kulakukan," jawabnya, suaranya tenang tapi matanya menunjukkan kekesa
berhak punya permintaan juga? Permintaan agar tunanganku tidak menghamili wa
akan tetap punya anak. Tapi ini... ini adalah pengorbanan kecil yang harus k
i racun di telingaku. Dia sedang memanipulasiku. Dia sedang memintaku untuk mengo
lu bagaimana dengan pengorbananku selama ini? Aku meninggalkan impian karirku di luar negeri
un, keraguan itu cepat hilang. "Itu berbeda, Lea
lihat prioritas yang jelas: keluarga Hanan, utang budi, dan Hanan sendiri. Saya, calon i
cintaiku seperti yang saya bayangkan. Saya adalah calon istri yang sempurna, desainer interior berbak
ah diberikan kepada Hanan. Saya hanyalah tumbal, pengorba
ia melirik layar, ekspresinya langsung berubah. Senyuman l
tian. Saya melihatnya beranjak pergi, mencari tempat yang lebih privat untuk berbicara, senyumannya
di dan kondisi Hanan yang rapuh. Saya tidak akan pernah bisa menjadi prioritas bagi Habib. Sa
an membiarkan