icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Cemburu yang Tak Pernah Reda

Cemburu yang Tak Pernah Reda

icon

Bab 1 Usianya yang hampir 31 tahun

Jumlah Kata:1763    |    Dirilis Pada: 01/11/2025

kegalauan yang tak kunjung reda. Usianya yang hampir 31 tahun membuat banyak orang sekitarnya-tetangga, keluarga, bahkan teman lama-t

ri," gumamnya pelan, menatap secangk

tapi Alisha selalu percaya bahwa cinta tidak bisa dipaksakan. Namun, tekanan dari keluarga semakin hari semakin

kamar dengan ekspresi serius

rang putra yang baik, mapan, dan-" Ibunya berhenti sejenak,

a, aku... aku tidak mau dipaksa. Aku tidak bisa begitu

i bukan soal mau atau tidak. Ini soal keluargamu. Kau sudah terlalu lama sendi

u akhirnya membuatnya memilih menyerah. Ia tidak ingin lagi menjadi sumber gosip di

g kariernya cemerlang, berpenampilan menarik, dan sopan di depan umum. Namun, Alisha merasakan sesuatu yang janggal. Se

kat, di ruang keluarga yang ha

p Daniel dengan suara data

ncoba tersenyum, namun senyum itu terasa kaku. Selama beberapa jam, percakapan mereka berlangsu

ntin dengan hati yang campur aduk-antusias dan takut sekaligus. Tiba-tiba, pintu kamar terb

itu. Suara wanita itu memecah keheningan

tnya terbuka, namun kata-kata tidak keluar. Pria yang sehar

rah, semuanya bercampur jadi satu. Ia tidak bisa menahan air mata, dan tanpa berpikir panjang, ia mengambil

uan seorang teman lama, Nadia, yang sejak SMA selalu menjadi sahabat dekatnya. Nadia men

sulit. Tapi kau bisa mulai lagi dari

embantunya berdamai dengan kenyataan. "Kau bisa jadi baby sitter di rumah tetang

bersyukur. Ia tidak punya pilihan la

an, ketekunan, dan cara menghadapi tantangan tanpa menyerah. Ia mulai menemukan sisi dirinya yang be

rdiansyah, yang tinggal di dekat tempatnya bekerja. Pria itu misterius, dingin, dan sulit didekati, namun ada

Tapi ia tahu, untuk mendekati Rafli, ia harus bersabar, pe

mulai menapaki jalan baru-jalan yang penuh tantangan, luka, tapi juga harapan. Dan meski ia tidak

buhnya terasa lelah setelah semalam merapikan rumah Nadia, pikirannya tidak bisa tenang. Hatinya masih penuh dengan kepahitan dari malam yang lalu, ketika ia

gkir kopi hangat. "Kau tidak akan makan?"

ak. "Aku belum lapar, Nadi. Mas

kau harus berhenti menyalahkan dirimu sendiri. Ini bukan salahmu. Perc

yang tertinggal dari pengkhianatan Daniel masih terasa tajam. Ia merasa dunia

ar dan rapi, dengan halaman luas dan tanaman hijau yang tertata rapi. Anak yang harus ia rawat bernama Aidan, se

sifat keras kepala dan sering menentang aturan. Pada hari pertama,

n sesuka hatimu, Aidan," kata A

ak Aidan, menolak

endiri saat kecil-perasaan ingin bebas tanpa batas. "Baiklah, ayo kita lakukan secara menyenangkan," ujarnya, mencoba pende

n diri, tapi juga tentang menemukan cara untuk mengerti orang lain. Setiap anak,

bantu Aidan belajar membaca, dan menemaninya bermain di taman kecil belakang rumah. Namun, ada satu ha

tatapan tajam, seolah menilai setiap gerakannya. Rambutnya hitam legam, wajahnya tegas, dan aura dinginnya sulit diabaikan. Na

man saat Aidan bermain. "Siapa

ku... aku babysitter bar

etelah beberapa detik, ia hanya mengangguk dan pergi tanpa banyak bicara. Alis

i mendekati Alisha di teras. "Kau cukup sabar den

ia sebenarnya pintar, hany

n. "Dia mirip ibunya," katanya pelan,

rasa penasaran.

sebentar, kemudian me

anpa sadar, rasa ingin tahu dan empatinya muncul. Ia ingin tahu cerita d

Ia membiarkannya membantu Aidan belajar dan menemaninya bermain di halaman. Kadang, Rafli duduk di bangku

amun tatapannya selalu menusuk hatinya. Ada rasa aman yang aneh ketika ia ber

n malam untuk Aidan, Rafli masuk ke dapur tanpa

pnya waspada.

entang hidupku. Tentang kehilang

tang istrinya, seorang wanita yang konon meninggal karena menyelamatkan hidupnya dalam sebuah kecelakaan.

rmat dan empati yang mendalam. Ia mulai memahami bahwa setiap orang memiliki luka y

teraksi dengan Aidan, melihat perkembangan anak itu, dan perlahan merasakan keterikatan yang hangat.

a itu, namun tidak mudah melupakannya. Pengalaman itu mengajarkannya satu hal penting: ia tidak boleh menyerahkan hati

an menghadapi kenyataan. Rafli mungkin menjadi kunci untuk membuka sisi hatinya yang lama terkunci, tapi ia juga sadar

etiap hari yang ia lalui di rumah itu, mengajarkannya tentang ketahanan, pengorbanan, dan harapan baru. Dan meski dunia di sekitarnya penuh dengan k

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka