Cemburu yang Tak Pernah Reda
a tanah basah menyelimuti taman kecil yang baru ia rapikan. Hari ini terasa berbeda. Ada ketegangan halus
soal menjaga Aidan atau menyesuaikan diri dengan ritme rumah. Ada satu sosok yang selal
tidak tahu apakah ia merasa terganggu atau sekadar menilai kemampuan Alisha sebagai pengasuh. Namun ada sesuatu di sorot matanya yang mem
rjaan, meninggalkan Alisha sendirian menjaga rumah dan Aidan. Tugas yang terlihat m
ar hari ini!" teriak Aidan,
sa. Tapi kalau kau menolak belajar, aku janji akan membuat k
rnyata, Aidan mengunci sendiri dari dalam. Alisha tersenyum tipis. "Ana
is pesan untuk Aidan, mengajak anak itu membuat permainan belajar. Setelah beberapa menit, Aidan ak
ukan hanya mengajarkannya kesabaran, tapi juga membuatnya menyada
ingin, tetapi penuh perhatian. Alisha merasa canggung, sekaligus tergugah. Rafli mengangguk singkat, kemudian berlalu
perasaan yang tidak pernah ia bagi pada siapa pun, tentang ketakutan, harapan, dan rasa penasaran terh
tas belanjaan. "Aku tahu kau sibuk, jadi kubawa
. "Kau... memba
lakukan banyak hal untuk
amun, ia juga menyadari bahwa Rafli tetap menutup sebagian hatin
Ia tidak bisa memungkiri rasa tertarik yang mulai tumbuh, meski tahu bahwa pria itu menyimpan luka mend
aru muncul ketika Daniel-pria yang pernah mengkhianatinya-muncul kembali di kota. Alisha menerim
t hati, atau tetap menutup diri dan fokus pada hidup barunya? Ia tahu keputusan itu ti
kecil: membangun kebun mini di halaman belakang. Proyek itu membutuhkan kerjasama, kesabaran, dan kreativitas. Selama
duli, penuh perhatian, dan memiliki sisi hangat yang jarang terlihat orang lain. Tatapannya lembu
ecara lengkap. Ia selalu mengalihkan pembicaraan saat topik tentang istrinya muncul. Alisha tahu, a
m gazebo kecil sambil menunggu hujan reda. Suasana hening, hanya suara rintik
i kesempatan kedua. Tapi kadang, kita
makna di balik kata-kata itu. "Kesemp
esedihan yang dalam. "Untuk percaya lagi. Untuk me
juga untuknya sendiri. Ia sadar bahwa selama ini ia menutup hatinya karena takut terluka
a momen canggung namun hangat: tangan mereka sesaat bersentuhan, dan keduanya menatap mata masing-masing. Tidak ada k
a. Tapi untuk pertama kalinya sejak lama, Alisha merasa ada harapan. Ada kemungkinan bahwa ia bisa men
ha menulis di c
ski perlahan. Rafli mungkin adalah tantangan terbesar, tapi juga alasan pertama aku merasa hidup ini lay
menatap jendela, melihat tetesan air menuruni kaca, membentuk pola abstrak yang tak bisa ia artikan. Hatinya tidak s
dikenal terus berdatangan, memberi petunjuk samar bahwa masa lalunya tidak akan tinggal diam. Alisha
icara. Jangan
kencang. Ia tahu siapa pengirimnya. Nama itu sela
an payung besar dan melangkah ke toko bahan makanan terdekat. Jalanan licin dan becek, tapi ia tidak p
a menoleh, dan terkejut melihat Rafli berdiri di sana, payung hitam
alan sendiri di hujan der
ng. "Aku bisa kok. Tida
jam. "Aku tidak repot-repot. Aku
pria itu tetap misterius, ada rasa perhatian yang nyata dalam
pingnya sambil mengawasi. Ada ketegangan halus yang terasa di udara. Alisha merasa gugup,
tanya Rafli tiba-ti
a suka. Tapi hanya kalau a
. "Aku akan pastikan
k banyak bicara, tapi setiap tindakannya menunjukkan kepedulian yang tulus. Ha
tu depan diketuk keras. Ia menoleh, dan merasa tubuhnya membeku. Di
Daniel, nada suarany
a maksudmu datang ke sini
jawaban. "Aku hanya ingin bicara. Ad
n. Ia tahu, menghadapi Daniel berarti membuka kembali lu
lisha. "Aku tidak akan menyakit
Rafli muncul dari belakang, wajahnya dingin dan te
ura protektif yang membuat Daniel menahan langkah. Rafli tidak berbicara banya
ingin memberitahumu yang sebenarny
tara Alisha dan Daniel. "Kalau maksudmu menyaki
Hatinya bergetar, meski ia tidak ingin mengakuinya. Ia me
natap lantai dengan hati yang campur aduk. Rafli duduk di sebelahnya, diam
"Terima kasih sudah datang. Aku... aku tidak
irian. Aku di sini. Kau tidak per
seperti obat yang menenangkan luka lama, meski ia
menghadapi masalah sehari-hari. Rafli mulai membuka sedikit demi sedikit masa lalunya. Ia bercerita tentang istrinya yang meninggal karena kec
emahami bahwa cinta bukan hanya tentang rasa suka, tapi juga tentan
teh, Rafli menatap Alisha dengan serius. "Aku tahu
r bahwa masa lalu tidak harus menentukan masa depan. Kita bi
rasa kagum dan haru. "Kau benar. Dan mungkin, k
p misterius, dan masa lalunya terus menghantuinya. Tapi untuk pertama kalinya, Alisha merasa ada hara
sha menulis di
ti meski takut terluka. Rafli adalah tantangan, tapi juga alasan aku merasa hidup ini layak diperjuangkan. Da