Cemburu yang Tak Pernah Reda
. Alisha sedang menyiapkan camilan untuk Aidan di dapur ketika suara dering telepon memeca
ngar familiar tapi asing,
mata terbelalak. "Siapa ini?"
mengawasi kalian sekarang. Jangan biarkan Aidan berada di
an seketika ia merasa napasnya tersengal. Ia menatap ke arah jendela, mel
l dari garasi. Matanya langsung m
anya singkat, sambil ber
ada peringatan. Seseorang mengawas
itu. Wajahnya berubah tegang, rahangnya mengeras. "Kau tetap di sini.
lega sekaligus takut. Pria itu selalu tahu apa yang harus dilakukan, tapi an
awas yang sudah dipasang sebelumnya diperiksa ulang, setiap pintu dan jendela dikunci ga
kagum pada ketenangan Rafli dalam menghadapi situasi yang penuh tekanan. Rafli tidak banyak bic
lik sofa, menatap Alisha dengan mata bulat penuh pertanyaan. Alisha tersenyum lembut, menepuk k
ip dari jendela dan melihat sosok gelap berdiri di pagar. Rafli segera mengam
tuk memantau mereka. Rafli menghadapi pria itu dengan tenang tapi tega
ncang oleh kenyataan bahwa ancaman itu nyata. Hatinya bergetar melihat ketenangan
rumah dan memastikan keamanan lebih ketat. Alisha membantu dengan penuh perhatian,
sulit bagimu. Tapi kau harus tahu bahwa menghadapi ancaman seperti ini bukan hanya
encoba. Tapi aku takut... takut kalau sesuatu
adi. Aku akan melindungi kalian, tidak
takutannya. Ia sadar bahwa keberadaan Rafli bukan hanya sebagai pelindung, ta
Hujan semalam meninggalkan udara segar yang membuat mereka meras
g tiba-tiba, tanpa peringatan. Tapi cara kita menghad
nyaris bersentuhan. "Aku tidak tahu apakah a
ut. "Kau lebih kuat dari yang ka
asih menghantui. Alisha menyadari bahwa hatinya perlahan mulai
yang membuka tabir rahasia masa lalu Rafli yang bahkan Alisha belum pernah dengar. Dokumen itu berisi informasi tentang bisnis keluarga Rafli dan ancam
p Rafli. "Ini
arus berhati-hati. Ini bukan hanya te
fli. Ia menyadari bahwa cinta bukan hanya tentang perasaan hanga
esan anonim kembali masuk ke ponsel Alisha, memperingatkan bahwa ada orang yang mengawasi mereka. Rafli mengambil tindaka
api rasa takut, tetap tenang, dan membuat keputusan cepat dalam situasi genting. Hatinya mulai menyadari satu hal: Rafli
ha menulis di c
erlindungan, pengertian, dan keteguhan hati. Ancaman nyata mungkin mengelilingi kita, tapi aku merasa lebih kuat karena aku tidak sendirian
rasa tegang sejak pagi. Alisha menatap jendela ruang tamu, matanya kosong, meski tangannya sibuk menata mainan Aidan.
an ludah sebelum menontonnya. Layar menampilkan Aidan sedang bermain di halaman, tapi dari keranya bergetar
ahnya mengeras, rahangnya menegang. Tanpa sepatah kata, ia menarik j
ntungnya berdegup ken
Aku sudah me
intu dan jendela, memastikan tidak ada yang terlupakan. Alisha merasa panik, tapi ke
Aidan di pangkuannya. Anak itu tampak tenang, tapi Alisha tahu bahwa ketegangan yang dirasakan Rafli menu
leh seorang pria paruh baya yang terlihat tegas tapi ramah. Rafli langsung menyal
gan terpisah. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Rafli dudu
ludah. "Ya... h
ghadapi ancaman nyata, dan rasa takut itu adalah b
raan. Rafli duduk di ruang kerja, meneliti dokumen dan informasi yang mereka dapat tentang orang-o
noleh, tapi Rafli sudah berada di depan pintu sebelum ia sempat
an amplop tanpa nama. Rafli membukanya de
sembunyi selamanya.
bayangan yang menutup sekeliling mereka. Rafli menatapnya, matanya
a. Mereka harus pindah sementara ke tempat yang lebih aman. Perjalanan dilakukan
dakannya menunjukkan ketelitian, kesabaran, dan fokus tinggi. Hatinya perlahan m
ngan Alisha erat-erat, matanya mengikuti setiap gerakan Rafli. Alisha tersenyum lembu
jauh dari keramaian, dikelilingi hutan dan danau kecil. Rafli segera menata sistem
lam itu, mereka duduk bersama di ruang tamu, menatap api unggun kecil di perapian. Hujan deras di
bukan sekadar pengawasan biasa. Mereka tahu tentang masa laluku, tentang ke
"Maksudmu... mereka
s selalu siap. Tapi aku tidak akan membia
ayaan dan cinta yang perlahan tumbuh di hatinya harus diuji oleh s
deras. Rafli segera menghadapi situasi itu, menggunakan keterampilan yang belum pernah Alisha lihat sebelumnya. Ada pertarungan sing
menatap Rafli dengan kekaguman dan rasa
. "Aku juga takut, tapi kita harus
awan hujan. Hati Alisha terasa campur aduk-takut, lega, kagum, dan cinta yang perlahan m
membuat kita lebih dekat. Aku mulai percaya pa
juga mulai percaya. Tidak hanya pada
nuh ancaman. Alisha sadar bahwa ia mulai menaruh hatinya pada R