icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Penderitaan yang Dipaksa Tersenyum

Bab 4 Ia sudah terbiasa mendengar bunyi itu

Jumlah Kata:2366    |    Dirilis Pada: 28/10/2025

bangun kekuatannya. Di rumah megah milik Dominic Valente, ketenangan menjadi sesuatu y

rambutnya yang terurai, membawa aroma bunga melati dari taman di bawah. Dari jauh, suara gemuruh mobil dan langkah kaki pa

h. Tapi hatinya - hatinya belum tahu harus ke mana berlabuh. Ia masih merasa asing, bahkan terhadap

pelan. "Masuklah,"

secangkir teh hangat. "Tuan memintaku

menatapnya he

e dokter, Nona. Untuk peme

tnya yang masih rata. Ada rasa aneh di sana - campuran takut dan harap. Ia belum s

bersama Dominic. Ia tidak tahu mana yang lebih membuatnya gugup: pemeriksaan kandungan pertamanya, atau kenyataan bahwa Domin

meski Liana sempat mencoba menolak dengan halus. Tapi tatapan pria itu cuk

pas. Suara lembut mesin ultrasonografi memenuhi ruanga

sedikit. "Itu detak jantungnya.

berdetak cepat - tanda kehidupan yang tumbuh di dalam dirinya. Sebuah kehidupan

selama ini keras seperti batu, tampak berubah. Ada sesuatu yang lembut di sana,

tanya pelan. "

ka bertemu, dan untuk sesaat, dunia

ngsung masuk ke ruang kerjanya. Di sana, beberapa pr

ereka berbicara pelan, "k

epalanya, sorot mata

oba menjual informasi tentang

ak. Urat di rahangnya

n. Tapi kami yakin Revan tah

hu apa arti kabar itu: bahaya. Revan mungkin tidak punya kekuatan sebesar dirinya, tapi

pat," perintahnya. "Dan jang

ngin kami menyingki

u ingin dia melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa perempuan y

a dengan wajah muram. Botol minuman keras setengah koso

h satu anak buahnya yang tampak ragu untuk menanggapi. "Perempuan itu... yang se

erempuan, Bo

jualnya karena aku tidak punya pilihan, tapi dia malah bertemu dengan orang yan

itu hingga pecah. "Kita akan ambil kembali ap

a bulan menerpa wajahnya yang lembut. Dalam diam, ia berbicara pada bay

ia tidak seperti yang mereka katakan. Aku tidak tahu apakah aku pantas berha

c datang tanpa suara, membawa mantel di tangannya.

senyum kecil. "Aku

au tetap hangat,"

c berdiri di sampingnya, menatap bulan. "Aku

gan

an pe

ak perlu memaksakan diri.

"Tapi aku ingin

Pria yang dulu dikenal dunia bawah sebagai pembunuh tanpa hat

han. Seperti letusan kecil. Dominic langsung berubah. Dalam sekejap,

ntel dan berdiri di depan Lian

rkejut.

nya tegas, hampir sep

ghantam pilar batu di samping mereka. Dominic menarik tubuh Liana

ahutan di kejauhan. Dominic menatap ke arah paga

gumamny

na berdiri. "Ka

tubuhnya masih gemetar

lai sekarang, kau tidak akan keluar rumah tanpa penga

. "Sampai kapan aku har

sih mencoba meng

terasa seperti benteng. Ia tahu, apa pun yang terjadi, Domini

m ini hanyalah awal. Musuhnya sudah tahu kelema

ia yang tak pernah takut pada siapa pun - mulai merasakan s

terpencil, dikelilingi pagar kawat tua yang sudah berkarat. Di dalamnya, Liana duduk di kursi reyot, memegangi perutnya yang mulai membesar. Lima bulan sudah berlalu sejak ia terakhir m

tua bernama Sinta, mantan perawat yang dahulu bekerja di rumah sakit milik ayah Dominic. Dialah y

erahkan segelas susu hangat. "Kau tak boleh ter

hu apa yang harus kupikirkan, Bu Sinta. A

ak ada yang tahu keberadaanmu. Lagipula, dunia bawah seda

atunya orang yang bisa disebut begitu hanyalah Dominic. Lelaki yang meninggalkan jejak

enyebut nama itu saja sudah mengundang b

gar kabar dari orang-orang yang masih punya hubungan dengan dunia itu. Tapi k

la kecil yang menembus hutan di luar sana

ra motor tua mendekat, membuat dada Liana menegang. Sinta sege

berat. Suara langkah pria terdengar

an sekantong roti. "Aku dapat kabar buruk," katanya langsung, menatap Liana. "Mereka mulai mencari perempuan bernama Li

ku. "Kelomp

kan seperti dulu. Ia menghancurkan beberapa markas, m

far pelan. "Ast

sesuatu. Dan sekarang, siapa pun yang m

eh antara harapan dan panik. Dominic masih hidup. Lelaki yang menanam janji dalam rahim

gedung tua bekas markas Revan. Matanya dingin, namun

a anak buahnya, Silas, pria berambut abu yang setia padanya sejak be

ua rumah sakit dan panti, Tuan. Tapi nam

inilah ia kehilangan semuanya - termasuk perempuan yang mengubah caranya melihat dunia. "Revan,"

is yang ia temukan di reruntuhan kamar tempat Liana di

pelan, seolah bersumpah

h di luar jendela. Sinta masih tertidur di kursinya, dan Yuda belum

akan mantel gelap. Wajahnya tidak terlihat jelas, ta

in malam langsung menggigit kulitnya, dingin dan ta

aunan basah. Tapi kemudian - sebuah suara be

ia

alir. Ia mengenali suara itu.

lik bayangan pohon, muncullah sosok yang selama

dan letih, tapi matanya masih sama - tatapan

ukan aku?" bisiknya pel

puan di hadapannya benar-benar nyata. "Aku tidak berhenti mencar

ah - entah oleh air mata atau air hujan. "Kau terlambat," ujarnya

k. Aku datang untuk memperbaiki semu

eheningan malam. Peluru menembus batang pohon di dekat mereka

dan menatap pani

sa jendela, melihat dua mobil hitam berhenti d

tongkatnya. "Pergilah, Nak.

ta tua itu dengan air mata. "

. "Yang kau bawa bukan hanya hidupmu, tapi ma

n deras, jalan setapak berubah lumpur. Suara teriakan d

ominic melindungi dari belakang. Setiap kali kilat menyamb

i situ. Dominic menyalakan mesin, dan mobil itu melesat menembus h

merah yang memantul di matanya. "Bu Sint

Dia menyelamatkanmu, Liana. Ja

a suara mesi

a lama sekali. "Kau harus tahu sesuatu," katanya akhirnya. "Aku tidak datang hanya untuk menjemput

afasnya tercekat

reka pikir anak kita akan jad

dengan mata bas

m kecil - samar dan lelah. "Ya. Aku tah

tengah sunyi, Liana memeluk perutnya, sementara Dominic me

siapa pun yang mencoba merebut Liana atau

akaian hitam memegang kamera kecil, merek

p. Dan ia baru saja m

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka