Keluarga yang Mengkhianatiku Sendiri
/0/28976/coverbig.jpg?v=91ae8850eb2f61c88490422e88037588&imageMogr2/format/webp)
otoar yang mulai dipenuhi langkah-langkah sibuk para pejalan kaki. Namun, di salah satu sudut eksklusif
mengilap tertiup angin lembut, senyumnya yang manis seolah mampu mencairkan ketegangan siapa pun yang menatapn
u lembut tapi penuh keyakinan. Ia membuka pintu gedung dan melangkah masuk, men
alam kemewahan, dimanja sejak kecil, dan selalu dikelilingi orang-orang yang bersedia memenuhi keinginannya. Tapi Aluna tidak
gkau. Ia sudah mendengar banyak cerita tentang Reyhan-bagaimana ia menjaga jarak dari semua godaan, bagaimana ia meneku
n seperti biasa: memeriksa laporan keuangan, menandatangani dokumen, dan memastikan setiap departemen bekerja sesuai pro
ngan wajah serius, "ada tamu dari keluarga Hartawan men
sa dingin. "Aluna?" tanyanya. Sekilas namanya membuat hatinya, atau setidaknya pikirannya,
rti biasanya," jawab asistennya, ra
ini akan berbeda dari biasanya. Tidak ada ruang untuk spontanitas dalam hidupnya, tapi
tunggu. Tapi ketika Reyhan muncul dari lift, waktu seakan berhenti sebentar. Aluna menatapnya dengan mata ber
ada riang. Suaranya menembus udara dingin lobi,
mengalihkan pandangan ke depan. "Selamat pagi, Nona Aluna," jawabnya, su
il dalam diri Reyhan. "Aku dengar kau sangat disiplin," ujarnya sambil terseny
kah ia harus menjawab. "Itu benar," kata
buh sedikit, menatapnya penuh rasa ingin tahu. "Apakah a
da sesuatu yang ringan tapi menantang, membuatnya ingin menjaga jarak tapi juga membuatnya penasaran
cuaca, perkembangan terbaru perusahaan, bahkan cerita lucu yang ia dengar dari stafnya. Reyhan
r Aluna setelah beberapa menit berjalan. "Apakah
lurus di mata. "Tersenyum tanpa alas
memecah ketegangan. "Hmm... jadi aku harus punya alasan y
ba menilai maksud di balik senyum
si samping, dan menatap Reyhan. Ia mulai membicarakan hal-hal penting terkait proyek yang
Ia terbiasa dengan rapat formal, tapi energi Aluna membuat segalanya terasa berbeda. A
, menatapnya penuh keyakinan. "Dan aku pe
lain. Tapi kali ini, ada rasa hormat yang muncul, meskipun ia tidak mengatakannya. "Aku akan memperti
jangka panjang, tapi selalu dengan cara yang berbeda: Aluna menekankan kreativitas dan semangat, Reyhan menekankan
masih sama cerianya. "Terima kasih, Reyhan. Aku tun
k biasa menghampiri hatinya. Ia tahu, wanita ini akan sulit dilupakan. Cara
ama itu berjalan sesuai rencana-atau mungkin lebih dari yang ia harapkan. Ia tahu satu hal:
auh dari laporan keuangan, strategi perusahaan, atau target bulanan. Ia terus memikirkan Aluna-senyum, tawa, bahkan
u saja bertemu, dan dunia mereka tidak akan pernah sama lagi. Badai kecil telah datang-tanpa amarah, t
iru yang cerah. "Ini baru permulaan," gumamnya.
sedikit-sebuah tanda kecil yang ia sendiri enggan akui. Ia tahu satu hal: wani
jok dengan secangkir cappuccino panas di tangan. Rambutnya diikat longgar, menampilkan wajah cerahnya yang sulit untuk diabaikan. Ia membu
kemeja putih dan celana abu-abu yang sederhana. Meski tampak lebih santai, aura disiplin dan tegasnya tetap terpancar. Ia memindai ruangan
melebar, tidak ada tanda bahwa ia akan mundur. "Reyhan
k di seberang dengan gerakan yang rapi dan terkontrol. Sekilas, ia memperhatikan bagai
arapkan," kata Aluna sambil menutup l
n di luar," jawabnya singkat, nada suaranya tetap te
itu, aku pesan sesuatu untukmu. Jangan pikir aku memaks
n orang lain menebak preferensinya. Tapi ada sesuatu pada Aluna yang
nak, dan kopi cappuccino panas-itu favor
p Reyhan, mencoba membaca ekspresi di wajahnya yang biasanya sulit ditebak. Reyhan, di sisi lain, menahan
n percakapan ringan, "apakah semua orang di kan
ng sangat jarang ia berikan. "Kebanyakan ya. Tapi disipl
Menarik. Kalau begitu, kau pa
i ada nada penasaran di balik kata-katany
dan itu membuatnya semakin tertantang. "Aku suka orang yang tidak mudah terkecoh," k
diri. "Semua orang punya kelemahan. Tapi kelem
eringai sedikit nakal.
n formal kemarin. Aluna tetap ringan dan percaya diri, sedangkan Reyhan tetap fokus namun tidak sepenuhnya menutup diri. Ada sesuatu yang
epotong kue dan menyuapkan sedikit ke Reyhan. "Coba ini,"
hangat, tapi lebih dari itu, ada kehangatan yang tidak biasa dirasakannya. Ia menelan pel
ja sama lebih dekat. Tapi jangan salah paham-ini bukan tent
apalagi membiarkan perasaan campur aduk mengganggu logikanya. "Aku mengerti,"
yang sedang ia baca, dan beberapa pengalaman lucu di keluarga Hartawan. Reyhan mendengarkan, sesekali tersenyum tipis, merasa ada kenyama
en penting, Reyhan menunjukkan sisi tegasnya. "Ini bukan sekadar ide kreatif, Aluna. Ada b
n. Tapi aku percaya kreativitas dan strategi bisa berjalan
dah dikalahkan, dan itu membuatnya harus berpikir lebih keras. Ada ketertarikan dan rasa penasar
uh semangat. Reyhan menutup pintu mobilnya dan menatapnya sebentar sebelum masuk ke dalam mobilnya sendiri. Ada ketegangan ya
ntang Aluna terus muncul, senyum dan tawa yang tidak bisa ia hilangkan. Ia sadar satu hal: wanita
kota. Ia tersenyum sendiri, tahu bahwa pertemuan hari ini bukan sekadar formalitas. Reyhan bukan tipe pria yang mudah didek
rikan dan sedikit frustrasi, satu lagi dengan rasa penasaran dan semangat tantangan. Mereka
wa, dan pandangan yang saling menantang, mengguncang ketenangan yang selama ini di