Keluarga yang Mengkhianatiku Sendiri
berdiri di depan gedung Hartawan Corp, menunggu valet parkir membawakan mobilnya. Rambutnya sedikit basah oleh rintik hujan, tapi se
n. Ia tahu pria itu bukan tipe yang suka basa-basi, tapi ia ingin proyek ini berjalan mulu
kpastian, tapi pikiran Reyhan lebih sibuk dari biasanya. Aluna terus menghantui pikirannya-senyumannya, caranya berbicara, bahkan bagaimana ia selalu tampak yakin pada diri sendiri. Reyhan men
biasanya sepi dari gangguan. Saat Reyhan tiba, Aluna sudah menunggu di sana,
apa dengan nada riang, berdiri d
. "Aku datang tepat waktu," jawabnya. Nada suaranya da
a. "Bagus. Aku senang kau tidak terlamba
seriusnya tidak berubah. "Fok
ntara Reyhan menekankan sisi analisis dan risiko yang harus diperhatikan. Perb
han, menatap layar laptop. "Kau tidak bisa hanya mengandalka
ercaya, jika kita terlalu takut, kita tidak akan mencapai apa pun. Kreati
pat menyerah ketika ia menunjukkan sisi tegasnya, tapi Aluna menatapnya balik dengan tatapan yang
bagian tugas, estimasi biaya, dan potensi tantangan yang mungkin muncul. Reyhan mencatat setiap kata, sese
untuk menimbang semua ini," katanya. "Beberapa hal terdengar menja
ap. "Aku mengerti. Tapi aku percaya kau akan me
han diri untuk tidak tersenyum. "Aku selalu m
kat. Ada sesuatu yang tidak bisa dijelaskan, sesuatu yang membuat Reyhan merasa sedikit gelisah. Ia
atanya, suara ringan tapi penuh makna. "Tapi ingat, Reyhan... ini bu
rikan dengan sangat selektif, dan Aluna tampaknya telah menembus pertahanan itu tanpa usaha berlebiha
g hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan-sebuah kebiasaan yang selalu ia lakukan untuk mencairkan keteganga
una menatap genangan air di aspal, tersenyum kecil. "Jakarta sela
uasi yang terkendali," katanya, menatapnya
akan drama. Aku membicarakan kesempatan. Kadang, hal-ha
a-kata-ringan, tapi menusuk tepat ke inti pikirannya. Ia menghela n
ntang. "Batasan itu fleksibel, Rey
, memberikan ide baru, dan bahkan sesekali membawa makanan atau kopi untuknya. Reyhan tetap disiplin, tapi perlahan mu
menemukan kesalahan kecil dalam laporan Aluna-sesuatu yang bisa berdampak besar jika tidak diperba
menantang. "Aku tahu, Reyhan. Tapi kesalahan ini b
ani menentangnya tanpa takut. "Benar. Tapi jangan angga
"Aku suka caramu tegas, Reyhan. Tapi jangan lu
rtarikan yang sulit dijelaskan. Reyhan sadar, semakin ia menahan diri, semakin Aluna t
atapannya, cara ia menantang dan membuat segalanya terasa hidup-semua itu menghantui pikirannya. Ia menghela
on apartemennya, menyesap angin malam. "Ini baru permulaan," gumamnya. Ia tahu Reyhan b
npa gemuruh, hanya ketegangan, pandangan, dan perasaan yang saling menantang-membangu
pekerjaan. Ini tentang dua orang yang berbeda, dengan dunia yang berbeda, yang perlahan mulai