icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Anakku Tak Butuh Ayah Sepertimu

Bab 5 Kekalahan kemarin

Jumlah Kata:1918    |    Dirilis Pada: 22/10/2025

ngga ke tulang, tetapi bagi Alana, itu bukan lagi ketakutan yang melemahkan, melainkan pemacu fokus. Hari ini berbeda-Raka

lelah, tetapi semangatnya menguat. Ia tahu, musuh tidak akan tinggal diam.

lur. "Hari ini mereka akan merencanakan balasan. Kau harus lebih hati-hati dari sebelumn

entum, tapi kali ini bukan hanya adrenalin-ada ketegangan ya

a marah dan tegang. Daffa mengikuti di belakang, wajahnya pucat dan gemetar. Iqbal menutup barisan, napas

," gumam Raka. "Kita harus mene

.. aku tidak tahu. Tapi kita tidak bisa

dengan tekad. "Kita harus merencanakan strategi

mulai sadar bahwa musuh mereka bukan sekadar gadis lemah-mere

oba mengubah pola. Kau harus membaca gerakan mereka, mengantisipasi

uhnya menunduk, memanfaatkan bayangan dan bentuk medan untuk tetap tersembuny

lur utama, Daffa bergerak di sisi kiri, dan Iqbal menyisir sisi kanan.

saja tidak cukup-ia harus memanfaatkan psikologi mereka. Ia menyiapkan jebakan tambahan

a keras terdengar. Batu berguling, ranting patah, da

ini?!"

Aku tidak tahu... tapi rasanya

frustrasi. "Kita harus

nya berhasil lagi. Mereka mulai gelisah, bergerak lebih la

ketakutan. Tapi besok mereka akan merencanakan balasan. Kau harus siap menghadapi mereka sec

kan takut lagi. Aku akan menyelesaikan ini," gumamnya. Ia tahu, ini bukan sekadar pert

as tambahan, membuat jebakan sederhana untuk mendeteksi keberadaan Alana. Hutan yang selama in

manfaatkan kegelapan pepohonan, dan mempersiapkan jebakan baru. Ia tah

guling dan ranting patah terdengar keras. Raka b

menemukannya

"Aku takut... tapi kita

mencoba mencari sumber suara. Alana tetap te

tongkat, tapi Alana sudah mengantisipasi gerakannya. Ia menangkis dengan

untuk menahan langkahnya. Iqbal menyerang dari belakang dengan pisau kecil, tapi Alana menahan ser

a terjadi hal fatal. "Bagus. Tetap tenang. Gun

erakan cepat, pengamatan, dan strategi psikologis. Ketiga lelaki itu mulai merasa takut, s

at, dan mata mereka mulai kehilangan kepercayaan diri. Alana menatap mereka d

gus. Kau mulai menguasai mereka. Tapi jangan lengah. Merek

tekadnya tidak goyah. "Aku harus kuat. Aku tidak bisa kalah sekaran

tu berbahaya. Kau harus tahu kapan berhenti dan kapan melanjutkan

bukan sekadar pertarungan fisik-ini juga ujian moral dan psikologis. Setiap langkah, setiap serangan, dan s

ansa menegangkan, membuat setiap bayangan terlihat seperti ancaman. Alana duduk di balik batu besar, menatap jalur di

akan diambil musuh. "Mereka akan datang dengan strategi baru. Kau harus siap menghadapi

bukan hanya ketegangan-ini adalah kesiapan. Ia tahu bahwa pertarungan besok

lebih tinggi. Mereka terlihat berbeda dari sebelumnya-lebih fokus,

a hari ini," kata Raka, mat

n mulai muncul di matanya. "Kita tidak bisa terus

epan dengan tekad. "Kita harus bekerja sama

k pepohonan. Ia tahu bahwa ini bukan sekadar permainan-musuhnya

f. Kau harus tetap tenang, fokus, dan memanfaatkan medan. Jangan terpa

gan. Setiap langkah diperhitungkan dengan hati-hati, setiap gerakan dibuat senyap.

an yang Alana siapkan. Batu berguling dan ranting pat

ini?" te

"Kita tidak bisa terus seperti ini.

gan frustrasi. "Kita har

mereka. Strategi psikologisnya bekerja-ketiga lel

ngan tongkat, tetapi Alana sudah mengantisipasi gerakannya. Ia

menahan langkahnya. Iqbal menyerang dari belakang dengan pisau, namun Alana men

uasi semakin berbahaya. "Bagus, tetap tenang. Gun

kelincahan, pengamatan, dan strategi psikologis. Ketiga lelaki itu mulai kehilangan kepercayaan

, nafas terengah-engah. Alana menatap dari balik semak, tub

. Kau mulai menguasai mereka. Tapi jangan lengah. Mere

lelah, tetapi tekadnya semakin menguat. "Aku tidak ak

am itu berbahaya. Kau harus tahu kapan berhenti dan

flik ini bukan sekadar pertarungan fisik, tetapi ujian moral dan psikologis. Setiap langkah, seti

ereka membawa senjata improvisasi-tongkat tajam, pisau, dan jebakan sederhana.

tiap pepohonan, batu, dan bentuk medan untuk tetap tak terlihat. Ia tahu, jika

dan ranting patah terdengar keras. Raka berhenti, wajah

cat. "Kita tidak bisa mundur lagi.

rasi. "Kita harus menyerang bersama. Jan

trategi psikologisnya bekerja. Mereka mu

ar pohon. Daffa mencoba menyerang dari sisi lain, tetapi Alana menggunakan teknik yang sama, menangkis dan memanfaatkan medan untuk mengontrol

keadaan memburuk. "Bagus, tetap tenang dan g

an fisik, psikologis, dan strateginya. Ketiga lelaki itu mulai keh

-engah, wajah pucat, dan mata mereka terlihat takut. Alana menatap mer

asai mereka. Tapi jangan lengah. Mereka pasti me

ya lelah tetapi tekadnya semakin kuat. "Aku tidak ak

berbahaya. Kau harus tahu kapan berhenti dan kap

sekadar pertarungan fisik-ini ujian moral dan psikologis. Setiap langkah, setiap strategi, setiap s

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka