Anakku Tak Butuh Ayah Sepertimu
ngga ke tulang, tetapi bagi Alana, itu bukan lagi ketakutan yang melemahkan, melainkan pemacu fokus. Hari ini berbeda-Raka
lelah, tetapi semangatnya menguat. Ia tahu, musuh tidak akan tinggal diam.
lur. "Hari ini mereka akan merencanakan balasan. Kau harus lebih hati-hati dari sebelumn
entum, tapi kali ini bukan hanya adrenalin-ada ketegangan ya
a marah dan tegang. Daffa mengikuti di belakang, wajahnya pucat dan gemetar. Iqbal menutup barisan, napas
," gumam Raka. "Kita harus mene
.. aku tidak tahu. Tapi kita tidak bisadengan tekad. "Kita harus merencanakan strategi
mulai sadar bahwa musuh mereka bukan sekadar gadis lemah-mere
oba mengubah pola. Kau harus membaca gerakan mereka, mengantisipasi
uhnya menunduk, memanfaatkan bayangan dan bentuk medan untuk tetap tersembuny
lur utama, Daffa bergerak di sisi kiri, dan Iqbal menyisir sisi kanan.
saja tidak cukup-ia harus memanfaatkan psikologi mereka. Ia menyiapkan jebakan tambahan
a keras terdengar. Batu berguling, ranting patah, da
ini?!"
Aku tidak tahu... tapi rasanyafrustrasi. "Kita harus
nya berhasil lagi. Mereka mulai gelisah, bergerak lebih la
ketakutan. Tapi besok mereka akan merencanakan balasan. Kau harus siap menghadapi mereka sec
kan takut lagi. Aku akan menyelesaikan ini," gumamnya. Ia tahu, ini bukan sekadar pert
as tambahan, membuat jebakan sederhana untuk mendeteksi keberadaan Alana. Hutan yang selama in
manfaatkan kegelapan pepohonan, dan mempersiapkan jebakan baru. Ia tah
guling dan ranting patah terdengar keras. Raka b
menemukannya
"Aku takut... tapi kitamencoba mencari sumber suara. Alana tetap te
tongkat, tapi Alana sudah mengantisipasi gerakannya. Ia menangkis dengan
untuk menahan langkahnya. Iqbal menyerang dari belakang dengan pisau kecil, tapi Alana menahan ser
a terjadi hal fatal. "Bagus. Tetap tenang. Gun
erakan cepat, pengamatan, dan strategi psikologis. Ketiga lelaki itu mulai merasa takut, s
at, dan mata mereka mulai kehilangan kepercayaan diri. Alana menatap mereka dgus. Kau mulai menguasai mereka. Tapi jangan lengah. Merek
tekadnya tidak goyah. "Aku harus kuat. Aku tidak bisa kalah sekaran
tu berbahaya. Kau harus tahu kapan berhenti dan kapan melanjutkan
bukan sekadar pertarungan fisik-ini juga ujian moral dan psikologis. Setiap langkah, setiap serangan, dan s
ansa menegangkan, membuat setiap bayangan terlihat seperti ancaman. Alana duduk di balik batu besar, menatap jalur di
akan diambil musuh. "Mereka akan datang dengan strategi baru. Kau harus siap menghadapi
bukan hanya ketegangan-ini adalah kesiapan. Ia tahu bahwa pertarungan besok
lebih tinggi. Mereka terlihat berbeda dari sebelumnya-lebih fokus,
a hari ini," kata Raka, mat
n mulai muncul di matanya. "Kita tidak bisa terus
epan dengan tekad. "Kita harus bekerja sama
k pepohonan. Ia tahu bahwa ini bukan sekadar permainan-musuhnya
f. Kau harus tetap tenang, fokus, dan memanfaatkan medan. Jangan terpa
gan. Setiap langkah diperhitungkan dengan hati-hati, setiap gerakan dibuat senyap.
an yang Alana siapkan. Batu berguling dan ranting pat
ini?" te
"Kita tidak bisa terus seperti ini.
gan frustrasi. "Kita har
mereka. Strategi psikologisnya bekerja-ketiga lel
ngan tongkat, tetapi Alana sudah mengantisipasi gerakannya. Ia
menahan langkahnya. Iqbal menyerang dari belakang dengan pisau, namun Alana men
uasi semakin berbahaya. "Bagus, tetap tenang. Gun
kelincahan, pengamatan, dan strategi psikologis. Ketiga lelaki itu mulai kehilangan kepercayaan
, nafas terengah-engah. Alana menatap dari balik semak, tub. Kau mulai menguasai mereka. Tapi jangan lengah. Mere
lelah, tetapi tekadnya semakin menguat. "Aku tidak ak
am itu berbahaya. Kau harus tahu kapan berhenti dan
flik ini bukan sekadar pertarungan fisik, tetapi ujian moral dan psikologis. Setiap langkah, seti
ereka membawa senjata improvisasi-tongkat tajam, pisau, dan jebakan sederhana.
tiap pepohonan, batu, dan bentuk medan untuk tetap tak terlihat. Ia tahu, jika
dan ranting patah terdengar keras. Raka berhenti, wajah
cat. "Kita tidak bisa mundur lagi.
rasi. "Kita harus menyerang bersama. Jan
trategi psikologisnya bekerja. Mereka mu
ar pohon. Daffa mencoba menyerang dari sisi lain, tetapi Alana menggunakan teknik yang sama, menangkis dan memanfaatkan medan untuk mengontrol
keadaan memburuk. "Bagus, tetap tenang dan g
an fisik, psikologis, dan strateginya. Ketiga lelaki itu mulai keh
-engah, wajah pucat, dan mata mereka terlihat takut. Alana menatap mer
asai mereka. Tapi jangan lengah. Mereka pasti me
ya lelah tetapi tekadnya semakin kuat. "Aku tidak ak
berbahaya. Kau harus tahu kapan berhenti dan kap
sekadar pertarungan fisik-ini ujian moral dan psikologis. Setiap langkah, setiap strategi, setiap s