Anakku Tak Butuh Ayah Sepertimu
gar aliran sungai yang bergemuruh, dan sesekali suara ranting patah di bawah kaki hewan liar. Alana berdiri di atas ba
seperti bayangan hitam yang mengintai dari kejauhan. "Hari ini, kau
a ia akan benar-benar menguji jebakan dan strategi balas dendamnya secara ny
eka bergerak santai, tapi tatapan mata mereka mulai waspada. Raka berjalan di depan, memimpin jalan
fa, menatap ke tanah. "Ad
g. "Mungkin hanya ilusi, atau... hutan ini
in mengalir deras. Setiap langkah ketiga lelaki itu dianalisis dengan seksama, setiap kebiasaan
anting patah dan batu berguling ke jalur mereka.
r ini?" Raka mengger
juga merasakannya, kan? Sep
ebih erat. "Mungkin... mungkin ada binatang l
alir deras. Langkah pertamanya berhasil-tidak untuk melukai, tap
a mulai merasakan ketakutan. Itu artinya latihanmu berhasil. Ta
g yang diikat dengan tali untuk menciptakan "perangkap bunyi" yang akan memicu suara keras ketika dii
enggeram, menatap sekeliling dengan tatapan tajam, mencoba menemukan sumber gangguan. Daffa menahan napas, ketakutan
san dan rasa lega bercampur menjadi satu-untu
rinya, ketika duduk di dekat api unggun bersama Arga, tubuhnya masih gemetar. "Ak
u akan selalu ada. Tapi kau harus belajar menggunakannya. Ketakutan bukan
bahwa setiap latihan, setiap jebakan, dan setiap pengamatan adalah bagian dari prosesnya. P
si kiri dan kanan. "Ini latihan terakhir sebelum kau benar-benar mengeksekusi rencana," katanya. "Kau har
t itu kini telah berubah menjadi fokus. Ia menarik napas panjang, mengangkat kaki, dan mulai menit
ke lembah, melihat jalur yang akan dilalui Raka, Daffa, dan Iqbal. Semua tampak jelas dar
g dapat menimbulkan suara keras sekaligus mempersulit jalur mereka. Ia menandai setiap posi
haya yang menunggu. Alana menahan napas, matanya mengikuti setiap gera
meledak, ranting patah, dan batu berguling di jalur mere
erteriak, suaranya p
. "Kau juga merasakannya, kan?ungkin... mungkin kita harus kembali,
namkan rasa takut yang nyata. Arga menepuk bahunya, suaranya rendah tapi tegas, "Bagus.
ai ini, tidak ada jalan kembali. Mereka bisa menjadi lebih berbahaya, dan hutan ini bisa menjadi m
muncul dalam pikirannya. "Aku sudah siap. Tidak ada yang akan
tahu gadis ini tak bisa dihentikan. Ia hanya bisa membimbing, menyiapkan
atap jalur di bawah dengan mata tajam. Beberapa hari terakhir, Raka, Daffa, dan Iqbal mulai menunjukkan perubahan-tidak
e lembah. "Hari ini mereka akan mulai mencari dengan lebih
ya adrenalin-ada ketakutan yang nyata. Ia tahu, sekali mereka menemukan j
elusuri setiap gerakan di jalur. Raka, yang berjalan di depan, berhenti d
h mereka tegang. "Kau juga me
harus hati-hati. Mereka mungki
mulai aktif mencari. Ia tahu bahwa jebakan sederhana tidak akan cukup-ia harus menga
kan mereka menemukanmu dulu. Ingat semua latihan-gerak diam-diam
dengan hati-hati, setiap langkah diperhitungkan, setiap gerakan dibuat senyap mungkin. Ia tah
ketiganya dari jarak dekat. Ia menunduk di balik semak, menatap Raka,
akang. "Aku yakin ada sesuatu. Mereka mun
jahnya pucat. "Bagaimana k
t di wajahnya. "Kita harus berhati-hati.
m tahu siapa yang mengawasi. Ini adalah kesempatan untuk menguji jeba
ambil besok. Kau harus menempatkan jebakan terakhir-kombinasi fisik dan psikologis. Ingat,
itu kini telah berubah menjadi fokus. Ia mulai menempatkan tali, batu, dan ranting dengan hati-hati, menc
s dihitung. Jika mereka menemukanmu, kau harus siap untuk melarikan di
malam ini akan menentukan apakah latihan dan str
dan Iqbal muncul di jalur, wajah mereka tegang. Setiap langka
pai titik pertama jebakan, suara keras terdengar-ranting patah, batu bergul
berteriak, suaranya
Aku tidak tahu... tapi rasanya seperti aa harus menemukan mereka sekarang! Ti
berbisik, "Bagus. Kau mulai menguasai psikologi musuh. Mereka mulai panik. Tapi janga
ar pengawas, membagi jalur, dan bergerak lebih berhati-hati. Alana menyadari bahwa
berbahaya. Kau harus lebih pintar, lebih cepat,
beda. Ia belajar mengendalikannya, mengubah ketakutan menjadi fokus dan perhitungan. Ia ta
ubuhnya masih gemetar. "Aku takut kalau mereka menemukan jej
an itu wajar. Tapi kau harus menggunakannya. Ketakutan bukan musuhmu
kan, dan setiap pengamatan adalah bagian dari prosesnya. Proses yang akan m
ih agresif, mengandalkan pengalaman dan insting mereka. Alana menyiapkan jebakan terakhir: komb
ara keras meledak, ranting patah, dan batu berguling
aka berteriak, frust
idak tahu... tapi kita harus berhatiterus seperti ini. Kita harus menemukan siapa yan
anamkan ketakutan nyata. Arga menepuk bahunya, suaranya rendah tapi tegas, "Bagus. Tap