Anakku Tak Butuh Ayah Sepertimu
asa lemah. Ia berdiri di balik semak besar, matanya menatap jalur di bawah yang akan dilalui Raka, Daffa, dan Iqbal. Har
mulai bergerak lebih cepat. Kau harus siap. Jika mereka menemukanmu, jangan panik. Ingat
i ini bukan adrenalin biasa-ada ketegangan nyata. Ia tahu, sekali mereka menemukan
g muncul di kabut. Raka, berjalan di depan, menghentikan langkah dan menatap sekeliling deng
ng. "Kau juga merasakannya, kan? Rasa
berhati-hati. Jangan sampai mereka menjebak kita lagi,
pi belum tahu siapa yang mengawasi. Ini adalah momen penting-kese
dar jebakan lagi. Kau harus siap menghadapi mereka secara langsung. Jangan menyerang
gkah diperhitungkan, setiap gerakan dibuat senyap mungkin. Hutan yang dulu menakutkan kini ter
lihat ketiga lelaki itu dengan jelas. Raka berjalan di depan, memimpin jalur dengan percaya diri yang pe
ebakan sederhana tidak akan cukup. Ia memanfaatkan seluruh kema
anting yang telah disiapkan Alana bergerak, menimbulkan su
gan jalur in
sa... ada yang mengawasi kit
"Kita harus menemukannya! Tidak b
nyum tipis muncul di wajahnya. Pertama kalinya, ia benar-benar m
ekat ke tempat Alana bersembunyi. Jantung Alana hampir meloncat. Ia menekuk tubuhnya
. "Jangan panik. Fokus. Gunakan hutan sebagai
at, tapi tetap senyap, menavigasi akar pohon dan batu besar yang menutupi jalur. S
ia melepaskan jebakan berikutnya-kombinasi batu, ranting, dan daun kering. Suara keengan marah. "Siapa di si
ta harus keluar dari sini... sek
er suara. Alana menahan napas, tubuhnya tegang. Ia tahu ini baru
u berhasil menanamkan ketakutan mereka. Tapi mereka akan bereaksi lebih agr
dak akan takut lagi," gumamnya. Ia tahu, balas dendam ini bukan sekadar untuk membuat m
lur, menggunakan pengawas tambahan, dan bergerak lebih hati-hati.
bisa menemukan jejaknya. Ia menyiapkan jebakan terakhir-kombina
ebakan aktif. Batu berguling, ranting patah, suara
lagi?" Rak
t. "Kita tidak bisa terus seperti
frustrasi, marah, dan takut. "Ki
ya. Strategi berhasil lagi. Arga menepuk bahunya, suaranya rendah t
na-tongkat, pisau, atau alat pertahanan lain. Mereka tidak lagi bergerak santai. Hutan yang
ih waspada, dan lebih berbahaya. Kau harus lebih cerdas, lebih cepat, dan leb
erbeda. Ia belajar mengendalikannya, mengubah ketakutan menjadi fokus dan perhitungan. I
kini rasa dingin itu bukan lagi ketakutan, melainkan pemicu fokus. Setiap langkahnya kini dipikirkan dengan matang. Ia
, kau akan menghadapi mereka secara langsung. Jangan menyerang dulu. Biarkan mereka lengah. Amati gerakan mereka, cari celah, dan
ar seperti beberapa minggu lalu. Ia sudah berubah-dari gadis yang jatuh ke jurang,
, tampak lebih waspada dari sebelumnya. Raka berjalan di depan, menatap sekeliling d
merasakannya juga, kan?
ita harus ekstra hati-hati. Mereka mu
h agresif, membawa tongkat dan pisau sederhana untuk perlindungan. Ini bukan
osi. Gunakan hutan, bayangan, dan setiap elemen di sekitarmu. Me
an setiap celah dan bayangan. Setiap langkah dibuat senyap, setiap gerakan dipikirkan
atu berguling dan ranting patah terdengar keras.
ini?!"
a pucat. "Ini... tidak wajar. S
dengan frustrasi. "Ki
nya berhasil. Rasa takut yang tertanam sejak beberapa hari terakhir kini me
jalur, menggunakan cahaya senter sederhana untuk menerangi area sekitar. Alana tahu, ia ha
ba menenangkan jantungnya. Arga menatapnya dengan serius. "Ingat, ini adalah ujian. Ka
i. Daffa mulai kehilangan kesabaran, dan Iqbal mengge
tahu, ini saatnya menghadapi mereka secara fisik. Dengan cepat, ia melepaskan jebakan tambaha
liling dengan panik. "Siapa di
akutan. "Kita harus
rasi dan takut. "Kita tidak bis
qbal melangkah ke depan, ia menyeruduk dari sisi bayangan, mena
jut, namun Alana bergerak cepat, menggunakan bayangan pepohonan untuk tetap tersemb
dengan gerakan lincah, menghindari pukulan, dan memanfaatkan medan untuk mengontrol jarak. Daffa mencoba me
ya, menilai gerakan, dan dengan gerakan cepat menangkis serangan pisau itu dengan batang
a keadaan memburuk. "Bagus, tetap tenang. Guna
mencoba menyerang dari belakang. Tapi Alana sudah mengantisipasi gerakan mereka. Ia me
f-dorongan, pukulan ringan, dan gerakan yang membuat mereka kehilangan keseimbangan.
dan tatapan mereka berubah-tidak lagi arogan seperti sebelumnya. Mereka sadar, Ala
ya ia menghadapi mereka secara fisik, dan ia berhasil menguasai situasi. Arga menepuk bahunya, senyum tipis di wa, tubuhnya lelah tapi tekadnya semakin menguat. "Aku tida
, tapi ingat... balas dendam itu berbahaya. Kau harus tahu kapan b
qbal muncul di pikirannya. Ia tahu, ini bukan sekadar pertarungan fisik-i