Aku Menikah dengan Pria yang Masih Mencintai Mantannya
ika, hening itu seperti pengingat akan kenyataan yang harus ia hadapi. Ia sudah mengambil keputusan besar, keputusan yang akan mengubah hidupnya sel
n garis-garis tipis yang terbentuk karena menangis malam sebelumnya. Ia menarik napas panjang, menenan
dengan semua ini?" suara sahabat
. "Aku yakin, Rin. Aku sudah memikirkan semuanya. A
engerti... tapi kau harus siap dengan semua konsekuensinya. Keluarga, te
hu. Tapi aku tidak punya pilihan la
bersuara riang. Dunia tampak berjalan normal, sementara hatinya terasa hampa. Ia sadar bahwa perpisahan ini bukan hanya persoalan pribadi antara dirinya
angkir kopi yang hampir dingin. Pikiran tentang Alika terus menghantuinya. Ia menyadari bahwa meski ia setuju
bergetar. Sebuah pesan masuk
tetangga... kau dan Alika akan berpisa
ponsel, lalu menge
laskan nanti. Ini ke
ria yang keras dan ambisius. Mengetahui berita ini, Daffa tahu ayahnya tidak akan diam saja. Ia
harus keluar rumah untuk membeli beberapa barang kebutuhan pribadi, sekal
i kantor Daffa... beberapa orang sudah mulai tah
Rin. Tapi aku tidak bisa terus hidup dal
-orang yang mengenalnya, hatinya bergetar. Bayangan tatapan mereka, pertanyaan yang mungkin mu
getar lagi. Kali ini, sebuah pesan masuk dari Lar
ngar kabar. Kau
, meski hatinya sakit
Sedang mencoba men
n melanjutkan perjalanan. Dalam hatinya, ia tahu
ya ingin tahu. Ia mencoba mengabaikan semuanya, membeli barang-barang yang diperlukan sambil menjaga wajahnya tetap tenang. Tap
ana datang dengan ekspresi serius. "Daffa... duduklah. Kita per
ah... aku sudah mendengar kau tahu tentang Alika. Aku ingin kau meng
kau tahu apa artinya ini. Nama keluarga kita... reputas
udah memutuskan. Kami sudah mencoba bertahan, tapi kami berbeda... dan
i sebagai seorang ayah, menerima hal ini tidaklah mudah. "Baiklah... tapi kau harus tahu konsekuensinya, Daffa. Ling
Ayah. Aku hanya ingin yang terbaik untuk kam
uk. Ia disambut oleh seorang tetangga yang kebetulan lewat. "Al
etangganya. "Iya... kami mencoba meng
gangguk pelan. "Semoga semuany
r, tatapan, bahkan gosip akan menjadi bagian dari perjalanan barunya. Tapi ia tahu, ia tid
menembus tulangnya, tapi juga ada rasa lega yang mulai tumbuh. Ia tahu, keputusan ini adalah awal dari perjal
uh janji, penuh harapan. Kini, senyum itu terasa seperti bayangan yang tak bisa disentuh. Ia tahu, i
telepon, setiap tatapan di kantor, setiap komentar dari tetangga, semua menjadi ujian bagi Alika dan Daffa. Tapi
suatu hari nanti, mereka akan mampu menerima kenyataan, belajar dari luka,
egangan, tapi juga pembelajaran. Alika dan Daffa tahu, perpisahan ini bukan akhir duni
ah keluar, menatap tetangga-tetangga yang berkumpul di jalan. Tatapan mereka terasa menahan, penuh rasa ingin tahu. Alika tahu kabar ten
mencoba menenangkan diri. "Aku harus tegar," gumamnya
yang dipaksakan. "Alik... aku dengar kab
aga wajah tetap tenang. "Iya... kami sudah m
l dari ribuan tatapan dan bisikan yang akan menghampirinya. Ia melanjutkan langkah,
an rasa penasaran dan simpati. Bahkan Laras, sahabat yang selalu mendukungnya, tampa
ik-baik saja, Laras. Aku hanya... b
ma menatapnya dengan wajah penasaran, beberapa mengerucutkan bibirnya dalam bisik-bisik yang te
eberapa rekan senior mulai menanyakan kabar perpisahannya. Ada bisikan, ada tatapan yang m
pisah dari Alika bukan hanya masalah pribadi, tapi kini sudah menjadi konsums
kahnya cepat. "Daffa... kita harus bicara. Lingkungan mulai
.. aku tahu. Tapi aku sudah memutuskan. Aku tidak bisa lagi memak
kau harus siap menghadapi semua konsekuensinya. Nama keluarga, pekerjaan,
Aku hanya ingin yang terbaik untuk kam
menghadapi tatapan orang-orang, tapi juga lelah karena tekanan yang terus mengintai. Begitu s
ening menyelimuti, tapi ketenangan itu tidak bertahan lama. Daffa masuk beberapa menit kemudian, membawa do
," katanya, suara serakny
a ingin bicara. Tapi mungkin kita harus mulai dari apa yang terjad
ingin kau terluka karena mereka. Tapi aku tidak bisa membalikkan kepu
rasanya... begitu berat. Setiap tatapan, setiap komentar, menusuk ha
ingin kau tersiksa. Tapi kita harus percaya bahwa ini yang terbaik. Untuk kit
bersikap canggung, keluarga menanyakan keputusan mereka berulang kali, bahkan tetangga mulai menyeb
kon menatap langit, ponselnya berg
g mulai ikut campur. Mereka mungkin akan mencoba mem
Dunia luar tidak akan membiarkan keputusan ini berjalan mulus. Tapi ia harus t
ng belum tersampaikan. Daffa menatap Alika, mencoba menemukan kata-kata yang tepat. "Alik... aku tahu
n. "Aku tahu... tapi rasanya seperti dunia ini menentang kit
a akan melewati ini. Bersama... meski terpisah. Kita
depan tidak mudah. Setiap hari akan menjadi ujian baru-tidak hanya dari h
gga menatap sinis, dan beberapa anggota keluarga tetap mencoba mempengaruhi keputusan mereka. Tapi Alika
, dan kemampuan untuk menghargai satu sama lain meski harus berpisah. Dan meski dunia terasa menekan, ada satu hal yang merek
ari balkon. Bintang-bintang tampak jauh, tapi bersinar terang. Ia menarik napas panjang,
nji, penuh harapan. Kini senyum itu menjadi pengingat akan cinta yang pernah ada, dan juga pengingat aka