Hancur Karena Cinta yang Berkhianat
sana. "Hai, Nak... ibu di sini," bisiknya lembut sambil mengelus perutnya. Senyu
lum masuk. "Aluna... kamu makan be
a," jawab Aluna sambil
ya menelusuri ekspresi Aluna. "Ka
r. "Aku... akan baik-baik saja.
aku mau bantu apa pun yang kam
ina. "Terima kasih, Di
. Ia ingin udara segar, ingin mendengar suara anak-anak bermain. S
wa dan berlari. Gerakan kecil di perutnya membuatnya
a melihat foto-foto gadis kecil yang duduk di pang
sa... bersalah?"
tuk pintu. "Pak Raka, ad
t alis. "Telep
gguk. "Ya, Pak. Se
jang. Ia menekan tombol
embut tapi tegas. "Aku hanya ingin mema
jenak. "Bata
. Aku ingin anak ini lahir dalam ketenanga
ata sejenak. "
cil itu lagi, merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya-se
pemeriksaan rutin. Ia duduk di ruang tunggu, tan
in sehat," kata dokt
yum tipis di wajahnya
elpon Dina. "Din... janin
ndengarnya," jawab Dina. "Kamu
ahagiaan, harapan, dan rasa sakitnya terhadap Raka. Ia menutup buku, menarik n
sendirian. Ia menatap gelas kopi yang hampir tak tersentuh. G
ya. "Ini bukan anakku... tapi aku mer
mpiri. "Pak Raka, kenapa wajah
anya... pikiranku k
dela. Lampu kota mulai menyala, tapi hatinya gelap. Ia menyadari satu
ajari cara merawat anak, dan menyesuaikan jadwal kerja agar lebih fleksibel. Setiap malam, ia be
n langkahnya untuk mengakui semuanya. Namun setiap kali melihat foto atau mendengar cerita tentang Aluna, hatinya sak
ong bayinya. Mereka berbicara sebentar, berbagi pengalaman, dan Aluna merasa se
berat, tapi juga indah. Kamu akan m
enyum kecil. "Iya... aku aka
. Ia menelepon asistennya. "Cari tahu jadwal Alu
. "Pak Raka, apa
alah. Itu saja," jawab Raka dengan s
. Ia merasa damai, tapi tetap waspada. "Ibu dan kamu... kita aka
keputusan yang ia ambil kini tidak bisa kembali. Anak Aluna, yang belu
h ada waktu untuk memperbaiki semuanya? A
Ia merasa lelah, tapi hatinya tenang. Ia tahu, apapun yang terjadi, ia a
di mana:Aluna mulai menghadapi tantangan fi
uru dan bersalah ketika meliha
uncul di kantor mulai menjadi pemicu ko
sa. Sesekali ia menahan napas ketika kontraksi ringan muncul, dan setiap kali itu terjadi, hatinya campu
asuk. "Aluna... kamu terl
Sudah, Din. Hanya saja..
batnya yang pucat tapi tegar. "Kamu harus is
in. Anak ini butuh ibu yang kuat. Lagipula, ak
dirian bukan berarti harus menanggung semua
karang adalah waktunya untuk berdiri sendiri, menghadapi dun
k di bangku kayu, menatap anak-anak bermain. Ada satu gadis kecil yang menarik perhatiannya-tinggi kecil,
sengaja melalui pesan teman kantor. Matanya membesar, jantungnya berdetak lebih cepat. Ada rasa cembu
amnya. "Ini bukan anakku... tapi hat
sahan. Sekarang rasa bersalah itu menghantui setiap detik hidupnya. Ia mulai merin
using dan mual menyerangnya tiba-tiba. Ia jatuh terduduk di lantai, tangan menekan peru
dokter. Ini tidak no
ya. "Aku baik-baik saja, D
u keras pada dirimu sendiri.
sakit, tapi juga tekadnya untuk tetap kuat. Setiap kata yang ditulis
tu lagi, mencoba mengingat setiap gerakan yang pernah ia lihat di kantor. Ia merasa sesuatu
emeriksa tekanan darah dan detak jantung janin. "Semua terlihat normal,
tantangan tidak akan berhenti. Ia harus terus
anita misterius yang selama ini sering ia lihat bersama. Ia ingin memahami lebih j
yum pada gadis kecil yang duduk di pangkuannya. Gadis itu
gambil gadis itu, membawanya menjauh, tapi ia tahu itu tidak mungkin.
u kamu ingin tahu. Tapi ini bukan waktunya untu
gadis kecil itu. "Kenapa... hatiku
hilang tidak bisa kembali begitu saja. Tapi
kuat dari janinnya. Ia menepuk perutnya dan tersen
jar menata jadwal kerja, merawat diri sendiri, dan berinteraksi dengan lingkungan sek
enelepon Aluna. "Aluna... aku
dan sakit hati. "Aku baik, Raka. Ana
. aku ingin minta maaf. A
atang terlambat, Raka. Tapi anak ini akan te
tidak bisa kembali. Ia menyadari bahwa Aluna tidak lagi tergantung padanya, bahwa kek
ng-bintang. "Ibu dan kamu... kita akan baik-bai
cemburu, dan penyesalan bercampur aduk. Ia tahu, hidup telah bergerak maju tanpa
ang dari kesendirian, dari kemampuan untuk berdiri tegak di tengah rasa sakit. Raka mulai menyadari bahwa kehilang
k yang lebih besar. Suatu hari nanti, jalan mereka akan bertemu lagi, dengan semua rasa sakit, penyesalan, dan emosi y
erbisik pada janinnya, "Kita akan kuat, Na