Balas Dendam Seorang Adik yang Tersakiti
barkan kehangatan di lantai marmer yang dingin. Aura merasa lengket dan tidak nyaman setelah bermain di
sudah membayangkan sensasi air hangat yang membasuh tubuhnya. Aura membuk
erupa tetesan pelan, la
gumam Au
tidak ada yang terjadi. Airnya mati. Di hari sial yang sama, ia diusir dari kos, dan
ya dengan sempurna. Payudaranya yang besar terangkat dan ditekan oleh lilitan handuk, dan potongan pendek handuk itu memamerkan kakinya yang panjang dan bokongnya yang padat
ya bisa menghela napas. Jalan
uang keluarga. Dari kejauhan,
celana training dan kaus abu-abu, sepertinya baru saja selesai berolahraga atau sekadar mengganti setelan formalnya. Ia sedang ber
gat sebagai ayah membuat emosi Aura kembali bergejola
Aura, suaranya sediki
iba membuat Baskara da
digantikan oleh ekspresi terkejut yang nyata. Mat
rusnya menutupi, justru terasa seperti memamerkan. Rambutnya basah kare
dada, hingga kaki jenjangnya. Hanya sepersekian detik, tetapi cukup lama untuk membuat Aura merasakan gelombang panas
t dan lebih serak dari biasanya. Ia segera duduk
dengan rasa maluny
i kamarku tidak berfungsi. Aku butuh mandi sekarang. Aku
buh Aura, fokus pada wajah wanita itu, t
mencoba kembali ke sikap dingin dan datar. Ia m
an kedua tangan di pinggul, gerakan yang secara alami menonjolkan lekuk tubuhnya lebih
mobilannya, kini ikut mendongak, meras
baiki airnya? Waktu itu, keran di kamar mandi atas
an penuh selidik dan curiga. Kian benar. Pria sekaya dan sepintar Baskara, ya
a. Antara mempertahankan citra CEO yang berjarak, dan membiar
menatap Aura dengan ekspresi datar yang kembali, tetapi lebih intens. Tatap
n. "Aura, tunggu di kamarmu.
r mandi Aura. Ia membawa tas peralatan kecil dan sebuah s
intah Baskara
kus handuk. Ruangan sempit itu terasa dipenuhi oleh aura dominan Baskara. Ia membun
ia itu berkonsentrasi. Pria itu tampak sangat fokus pada masalah pipa, mengabaikan fak
gan di balik panel kecil. Bunyi ke
r yang tadinya mampet tiba-tiba menyembur k
ara yang sedang jongkok dan juga mem
kejut, tetapi di otaknya, sebu
ur sedikit karena semb
an gerakan dramatis yang terlalu dilebih-lebi
n di lantai keramik yang basah. Ia menja
terkejut dengan semburan air, han
sesnya, ia sengaja menjat
telanjang jatuh menimpa tubuh B
de
ar mandi yang basah. Tubuh Aura yang
uh di atasnya sedikit terengah-engah, tetapi matan
an basah karena air shower kini terkunci dal
engangkat tubuhnya sedikit, lalu menjatuhkan kepalanya
enar jatuh!" kata Aura, na
mengerang pelan,
ang akan acuh tak acuh dalam situasi seperti ini. Aura menekan tubuhnya lebih erat
rahangnya mengeras, seolah berusaha melawan godaan yang membakar. Tangannya teran
arkan kontak yang terjadi, membiarkan B
ereka dipenuhi dengan kilatan amar
" desis Baskara,
g aku jatuh, Mas
auhkan dirinya dari tubuh Aura. Pria itu ber
membalikkan posisi mereka, membuat Aura yang kini terbaring di
h kuyup dan tampak sangat marah-marah pada situasi, marah p
. Aura belum pernah mendengar Baskara berbicara sekeras itu. "Jangan pernah, pernah kamu ulan
telanjang di lantai. Ia mengambil handuk Aura yang tergel
ah," kata Baskara, dengan suara yang kembali dingin, tetapi bergetar. Ia berbal
reaksi yang sangat besar dari pria es itu. Ia merasa sakit di pingguln
ku menghancurka
ar malam itu juga. Tetapi di sisi lain, ia juga tahu, pria itu tergoda. Godaan itu adalah senjata Aura. Dan ia t