Lelaki Itu Membeliku Bukan Mencintaiku
/0/27913/coverbig.jpg?v=faf2b47c68929ed5a61adc53187cd08a&imageMogr2/format/webp)
kan, panggung mewah bagi mereka yang haus akan kesenangan. Di sisi lain, ia adalah jurang gelap yang memaksa s
bat tentang teori ekonomi dengan para profesor. Namun, begitu matahari terbenam, ia harus menanggalkan identitasnya itu. Vania mengenakan gaun mini ketat berbahan tipis, yang membalut leku
ng tuanya yang sudah meninggal dan membiayai sekolah adiknya yang masih duduk di bangku SD. Setiap malam, ia harus mengubur rasa malunya dalam-da
tik, menunggu kliennya. Tiba-tiba, seorang om-om tua dengan perut buncit dan wajah ke
n?" tanya om-om i
. "Benar, Tuan. Anda
goda," kata om-om itu, matanya jelalatan menatap tubuh Vani
kkan dari para pria yang hanya melihatnya sebagai objek. Namun, ia tidak pu
nda?" Vania bertanya, mencob
utnya acak-acakan, kemejanya sudah tidak rapi, dan matanya memancarkan amarah yang terpendam. Reza, nama pria itu, adalah seorang badboy ya
itu. Tanpa basa-basi, ia menyentuh lengan Vania. "Kau, i
arah. "Hei, Tuan Muda! Kau siapa?
. "Aku tidak peduli. Aku akan menyewanya dengan
Aku akan bayar 50 juta
ratus juta permalam. Bagaimana?" Reza memb
a sampai kuliah. Vania terdiam, hatinya bergejolak. Rasa malu dan harga dirinya bertarung dengan keinginan untuk menyelamatkan adik
matanya berkaca-kaca. Ia terg
anita mata duitan!" teriaknya, lalu
rat. Tanpa berkata-kata, lelaki itu membawa
uh Gairah d
piaskan kekesalannya. Pintu kamar tertutup dengan bunyi berdebam, dan Reza langsung menjatuhkan tu
ernah menghadapi pria sebuas ini. Para kliennya, meskipun menuntut, selalu memperlakukannya dengan
Ia kemudian menunduk, lalu mencium bibir Vania kasar. Vania mencoba melawan, namun tenag
." desah Vania di sela
ke gaun Vania. Dengan sekali sentakan, ia merobek dress Vania, membuat Van
kku malam ini," bisik Reza, suaranya serak. Ia kemudian mengelus
mencium Vania lagi, lebih buas, lebih menuntut. Ia me
ngak. Meskipun ia merasa takut dan terintimidasi, sentuhan Reza
ia menaikkan kakinya di kedua sisi pinggang Vania. Dengan cepat, i
Reza... pelan-pel
ialan... kau sangat ni
pada awalnya, lalu semakin cepat dan kua
t..." pinta Vania, suaranya serak. Ia mendesah, tanganny
nia... kau... membuat
h Vania. "Enak sekali...
rit tertahan. Gairah liar Reza seolah tak ada habisnya. Ia terus mengger
mendesah panjang, lalu merebahkan tubuhnya yang basah oleh keringat di atas tub
ng Vania, memeluknya erat. "Kau sangat luar
enyerahkan tubuhnya pada pria yang bahkan tidak ia kenal. Namun, saat ia melihat wajah Reza yang lelap, ia merasa aneh. Pria ini, me
Namun, ia juga tahu, ia telah kehilangan sesuatu yang lebih berharga: dirinya sendiri. Apakah ini layak? Vani