Lelaki Itu Membeliku Bukan Mencintaiku
ju parkiran motor. Setiap langkahnya dipenuhi amarah, rasa malu, dan kepedihan yang tak tertahankan. Air matanya mengalir tanpa suara,
mannya, berdiri di belakangnya dengan wajah khawatir. "Vania, kamu baik-baik saja?"
palsu di wajahnya. "Aku baik-baik saja, Lia. Tidak apa-apa. P
"Aku tidak menyangka dosen baru kita sekejam
a, mencoba meyakinkan Lia dan diriny
sa. Ia tahu Vania adalah orang yang tertutup. "Oke, k
k usah, Lia. Aku harus segera jemput
a, Vania," kata Lia sambil melamba
maticnya yang terparkir di sudut parkiran. Ia menyalakan me
pi ia tahu wanita itu sedang rapuh. Sebuah seringai kecil muncul di bibirnya. Ia mengambil kunci mobilnya, lalu berjalan menuju lift. Ia tahu ia tidak seharusnya melakukan ini. Sebagai seorang dosen, ia seharusnya tidak terlibat dengan mahasiswinya di lu
ngin
Ia hanya fokus pada tujuannya: sekolah Cinta. Jalanan sore mulai padat. Vania mengendarai motornya dengan hati-hati, melewati gang-gang sempit dan jalanan macet. Ia
eza menghentikan mobilnya beberapa meter dari gerbang, memarkir di balik pohon besar agar tidak terlihat. Ia melihat Vania turun dari motor
depan kelas. Cinta langsung berlari ke arahnya, memeluknya erat. "K
bil mengelus rambut adiknya. "Maaf, K
n kasih sayang. Ia melihat Vania mengambil tas sekolah Cinta, menggendongnya ke motor, dan memasangkanny
uhnya untuk uang. Wanita di depannya ini adalah seorang kakak yang berjuang mati-matian demi adiknya. Ia
tahu masalah
cukup untuk melunasi semua hu
sa membayar harga diri y
a tidak peduli. Ia hanya ingi
ornya, lalu menggandeng tangan Cinta masuk ke dalam. Reza mematikan mesin mobilnya. Ia melihat ke arah bangunan itu, lalu melihat ke a
akan langsung menggunakannya untuk melunasi hutangnya? Atau apakah
yang menasihatinya untuk segera makan. Reza menyadari bahwa Vania tidak hidup dalam ke
aneh. Ia merasa ada ikatan aneh yang terbentuk antara mereka. Ia merasa
merasa bersalah. Ia tidak tahu mengapa ia terus memikirkan wajah Vania yang rapuh. Ia tidak tahu mengapa, teta
egang segelas anggur. Ia menatap amplop itu, merasa aneh. Ia tidak pernah peduli dengan wanita yang ia sewa. Setelah mer
rena ia telah menghancurkan Vania semalam. Ia tidak bisa mendekatinya sebagai seorang dosen, ka
ahu, apa yang membuat wanita itu begitu kuat. Ia ingin tahu, mengapa
nan yang jauh lebih rumit daripada yang ia bayangkan. Ia tidak tahu, bahwa rahas