Lelaki Itu Membeliku Bukan Mencintaiku
rti dipenuhi kabut. Suara Reza yang seharusnya terdengar profesional malah mengingatkannya pada desahan dan bisikan liar semalam. Setiap kali Reza melangkah, setiap kali ia menoleh, V
angkap Vania yang menunduk, tidak mencatat, dan terlihat linglung. Ia berhenti berbi
uara Reza menggema
elalak. Ia merasa seluruh perhatian kelas t
uaranya penuh nada mengejek. "Apakah ma
ranya tercekat. "Maaf, Pak. Saya...
snya. "Saya pikir kamu terlalu sibuk melamun. Maju ke
Ia tidak bisa. Ia tidak mendengar apa pun. Dengan wajah yang pucat pasi, ia berd
k tahu," bisik Vania, menundu
n IPK tertinggi di angkatan ini tidak tahu materi dasa
depan teman-temannya sendiri. Ia mengepalkan tangannya, menahan amarah yang
waktu untuk drama. Setelah jam kuliah selesai, d
mahasiswi. Ia harus menuruti perintah pria itu, atau nilai yang ia butuhkan untuk masa depannya akan terancam. Sisn Reza. Ia mencoba menenangkan dirinya. Ia akan bersikap profesi
pintu dan melihat Reza duduk di kursinya. Ruangan itu terlihat rapi, dengan tumpukan buku tebal dan lap
a menoleh. Ia masih fok
tu, gugup. Reza akhirnya menoleh, menatapnya dengan pandangan dingin yang sama. "Kenapa k
arus berani. "Saya sudah bilang,
eperti semalam. "Jangan berbohong. Apakah
atap Reza dengan tatapan tajam. "Tentu tidak! Saya tidak memiki
nya. "Soal uang? Bukankah saya sudah member
u masalah keluarga saya!" teriaknya, suaranya bergetar. "Bapak pikir yang seratus juta cukup untuk melunasi se
nya. Ia tidak menyangka Vania akan berani melawannya. Namun, keterkejutan itu deng
mahal. Coba kalau dihitung, berapa banyak pelanggan yang sudah kamu layani? Saya yakin,
ubuhnya. Ia tidak tahan lagi. "Tutup mulut Bapak!" teriaknya. "Bapak
u adalah seorang wanita yang menjual tubuhnya untuk uang. Dan saya adalah seorang pria ya
ini. Ia membenci dirinya sendiri. Ia benci semua yang terj
i ia tidak akan lari. "Vania," kata Reza, suaranya berubah. Tidak lagi dingin, tetapi penuh dengan dominasi yang menakut
natapnya
n panggil saya Bapak," kata Reza. "Panggil sa
Ia adalah mahasiswi yang harus menghormati dosennya. Tetapi ia juga adal
kembali ke mejanya. "Saya tidak i
engerti apa yang pria ini inginkan darinya. Ia merasa seperti boneka yang dimainkan oleh seorang preda
aimana caranya menjalani hidup ini. Uang seratus juta itu kini terasa seperti kutukan. Ia berharap ia tidak pernah bertemu
ng merenggut segalanya darinya kini akan menjadi bagian dari setiap harinya. Pria yang akan selalu
dalah awal dari penderi