Why not!
Ia bernama Amara, bukan hal mudah baginya memutuskan untuk berp
pa c
hankan, dong
abaran bange
a terima juga telan bulat-bulat. Amara sekali pun tak peduli. Ia jen
u Bari. Aku mampu menghidupi diriku dan Bari tanpa kamu!" tunjuk Amara dengan jemarinya
kamu pakai untuk kerja, aku ya
geletak di atas meja makan rumah mereka itu. Bari diam, menatap waj
tu. Dengan menggunakan taksi, ia dan Bari menuju ke tempat mereka yang baru. Memu
yang masih berusia tujuh tahun kal
s sama Bunda terus, selamanya. Oke?" Amara mengusap kepala Bari yang meresp
rikan Amara untuk Bari tampak klise, tapi ia tak merasa terbeban. Biarlah putranya itu paham de
tak sanggup mempertahankan pernikahannya dengan suami pemalas. Sejak terkena pengurangan karyawan atau PHK, ayah dar
erkejut sementara dengan perubahan yang terj
kondisi di kantor mantan suaminya itu - yang bekerja disalah satu bank swasta - tiba-tiba memutuskan mengurangi pegawai. Membuat ia saat itu yang ma
u berdua saja. Bari yang masih empat tahun dan baru masuk TK, diharuskan pindah ke sekolah biasa yang sesuai dengan keuangan orang tuanya. Pesan
pa melihat bukti fisik. 200 juta melayang begitu saja. Tersisa 70 juta, Amara meng
kesal dengan suaminya. Mau tak mau ia mulai berpikir sendiri, demi mencukupi kebutuhan hidupnya dan membayar sewa rumah. Di saat man
saat mendapatkan telp
asar matre!" umpat suara diujung sana. Amara hanya diam, ia memejamkan matanya. Rugi jika ia marah-marah pada mantan a
dia bi
brolan membuang waktu itu dan berjalan menuju ke angk
nuju ke lokasi tempat ia mendapatkan panggilan kerja
*
kamu? Akan ada uang insentif, tapi jumlahnya memang tidak besar," ucap pria itu. Amara mengangguk. Tak masalah, toh, perusahaan peru
, stand kita di tengah lobi utama, nanti kam
tersebut. Tak berlama-lama, Amara pamit untuk pula
ajarkan kepada anak lelakinya itu jika kelak, ia tak boleh putus asa sa
*
rang tu
ngin muncul stigma negatif bagi dirinya. Cukup lah keluarga mantan suaminya yang menghina ia sebagai cewek m
i dan menunjukan semua baik-baik saja. Pikirnya hanya satu, ia sudah menikah, melahirkan,
cara yang baik, bukan instan atau sekejap mata ingin menjadi kaya raya. Semua ada resikonya, begitu pun jika mencari uang dengan cara instan. Bek
Wanita itu menaruh piring berisi bakwan
beli," jawab Amara santai. Ia menatap kedua mat
t Amara terkekeh sinis. "Bull
a selesai memasak. Makan malam di rumah kedua orang tuanya bisa menjadi hi
rumah, Ra, cuma takut kamu tolak. J
t itu bersih, layak dan cukup untuk aku sama Bari, Bu," ucap Amara yang beral
sanggup, Bu, biayain hidup aku sama Bari
kamu janda, Ibu sama Ayah pensiunan pegawai negri, buat apa uang kami, kamu lagi bu
i uang itu. I can do it, Ibu. Doa, aku butuh doa kalian aja. Aku akan b
n napas gusar justru t
da lama-lama ya, Na
buka hati dan kembali nikah cuma untuk patahin stigma negatif janda. Please, Bu, aku juga bisa jaga diri, jaga penam
Nak? Ibu takut kamu trauma dan milih seumur hidup untuk.
mbali menatap ibunya. T
an, aku cuma punya satu cinta untuk seorang laki-laki. Hanya untuk Bari, put
menjadi keras dan begitu tangguh. Tak ada yang bisa keluarg
*
andeng tangan Amara begitu erat. Kepalanya mendongak,
n?" tanya Bari sembari menge
ar, Bunda akan bikin kamu nyaman ada di sini, cuma kita berdua, ya, Nak?" tatap Amara sembari terseny
dorong Amara, mengucap salam kemudian. I
gak ada pintunya, Bun?
ita, terus ini kamarnya, itu, dapur dan pojok kamar mandi. Cukup kan untuk
ng hanya springbed tanpa alas. Amara tersenyum, ia yakin bisa menyama
ambu