Why not!
epan anak saya?" Amara berdiri bersedekap di hadapan
duda, anak satu. Gadis kecil yang waktu itu, kam
Amara
, sial. ucap Amara dalam hati. Ia ju
agi terikat sama siapa pun juga, jadi ya ...," Dani senyum-senyum. Ia berjalan kembali ke dalam
dengan dengan pria mana pun." Kembali Amara beruca
ghadap kembali ke Amara
engucapkan itu, kembali memutar tubuhnya menuju ke arah pintu masuk resto
i yang belepotan saus kepiting. Dani tersenyum melihat hal itu. Tak mengira, wanita cantik yang duduk di hadapannya adalah seorang ibu tunggal yang b
ITB? Sipil?" Dani
inggal Bari," celotehan Bari membuat Amara menatap
h ada yang temani, siapa tau, itu ... saya." Kembali, Dani begi
ean." celetuk
ara. "Bar, Bunda kamu sejudes ini, ya, orangnya?"
jak pisah sama Ayah, semua Bun
dah berlebihan, dan baru menyadari hal itu. Dani juga diam dan menatap Ama
n mencuci tangan. Lalu melakukan pembayaran pesanan mereka di kasir
serius, mau dekat dengan Bunda ka
u Bari lancang. Bari duluan, permisi." Bari beranjak. Ia mencuci
*
ari begitu tak enak hati. Amara mengabaikan, bahkan, langsung masuk ke d
dari samping. "Sori, Bun," suara Bari. Amara membuka perlahan kedu
a. Bari mengerat
h menempelkan waja
b Amara lalu melepaskan lenga
enjangnya menindih kaki Amara. "Sori," Bari justru se
undanya di giniin, sana!" Ama
ggak bisa tidur kalau Bunda
oleh kayak gitu, Bar. Kita nggak tau dia baik apa nggak, jujur apa
ulu, temenan aja," lampu temaram di kamar Amara
embali tersenyum. Ia memeluk Amara lagi, masih dengan p
an Bari lalu beralih ke kepalanya, diusapnya pelan. Barinya sudah dewasa, t
r .
m .
n ia. Kamu, sekarang udah punya pacar, jaga perasaan dia, jangan rusak dia, tread her like you tread me. Bari sedih, kan, kalau
gguk. "I lo
dur. Semua halang rintangan mereka jalani berdua, hingga perl
*
jam makan siang. Tak sengaja, mereka berpapasan di lobi.
Amara." Dengan pakaian kantor, Dani begitu berbeda saat berpakai
. Saya masih ada urusan di luar kantor, nggak bisa terima ajakan kamu, Pak Dani." Am
a?" tan
Keduanya masih berdiri berhadapan di l
rsenyum dan mempersilakan Amara berjalan lebih dulu. Amara pun berjalan, tanpa mengiy
g, petugas bank istirahat juga, k
uma taruh berkas aja, nant
i tersenyum, karena tak ada sanggahan apa pun dari Amara. "Ajakan makan siang say
oran jepang itu. Pria itu hendak memesan beberapa makanan, cukup banyak jika untuk makan siang kedua
" Sorot mata Amara begitu tajam menatap pria yang duduk
rtama, Amara?" tanya Dani sambil mena
k. Ken
opi dekat kantor saya, kamu lagi sama laki-laki yang mirip sama kamu entah siapa itu, yang kedua, saat kamu sama B
, saya suka kamu. Jadi, jangan susah payah bangun dinding pertahahanan begitu keras. Karena saya, yang ak
ama ucapannya?. uja
sam