Why not!
ndur. Mereka duduk bertiga di kedai kopi bernama Koffein. Kebetulan, pemilik kedai
n Ragil. Usianya di bawah Amara dua tahun. Mengetahui hal itu saja membuat ia sudah mencoret pria itu dari list kandidat yang akan dekat denganny
aja postur tubuhnya," ucap Bari yang tampak bersemangat. Am
ya." Amara beranjak dengan cepat. Ia berjalan keluar kedai,
tingkah. "Saya sadar itu dari awal, mungkin, sekedar berteman biasa, nggak mas
cair setelah jalan berdua Pak Ragil." Bari kembali usaha, bagaimanapun, Amara harus bisa mengenal Ragil walau
a kalau, Bu Amara nggak keberatan, saya nggak akan memaksa." Begitu akhir kalimat Ragil saat mencoba mengajak Amara jalan
lau jelas tampak datar ce
ri mengerti, ia beranjak, pamit pulang dengan ojek online, s
letuk Bari. Membuat Ragil
lat itu, tak berkata apa pun, Amara memainkan bibir cangkir dengan jemarinya
atap Ragil, ia mengangguk. Lalu menatap lekat pria yang bertubuh tinggi tegap
aksa, kalau kamu nggak nyaman, kita bisa berteman," kekeh Ragil. A
ja apa?"
umahan," jawab
ga, dan side jobnya pelatih
ngung dan salah tingkah. "Sebagai teman, ras
karena anak saya coba buat jodohin kita, kan." Begit
at atau untuk lebih dari itu. Bahkan, sekedar berteman p
au kamu pisah sama ayahnya Bari, karena kamu harus berjuang sendi
an kedua matanya ke arah Ragil yang meng
anget, sampai harus cerita ke orang lain segala. Maaf ya, Ragil, Bari memang su
an perkara mudah untuk saya percaya kalau pertemanan
kir, kalau pertemanan antara laki-laki dan perempuan, selalu
rmisi." Amara beranjak, tanpa basa basi lagi, langsung berjalan keluar dari koffein menuju ke mobilnya, meninggalkan
*
izza salah
a pemilih banget!" pemuda itu mengusak ra
ang bikin Bunda degdegan," jawab Amara seraya bertopang dagu dengan siku b
adis cantik berambut sebahu berdiri
e, kan?" bisik Bari. Gadis itu berjalan
ngnya yang berjalan masuk. Postur tubuh tinggi, potongan rambut cepak, memakai kaos kerah m
dalam hati. Ia lalu menunduk dan menyeruput lemon t
nggil pria itu yang menoleh cepat. Amar
a lalu kembali tersadar dan menyambut u
nte ...,"
ri tampak melirik Ama
Makan aja masih disuapin saya," ucap Amara. Bari langsung
ilang apa pun ...," gadis itu men
ih sekolah. Kedua, saya Ibunya Bari, takut anak saya galau-galau nggak jelas karena urusan asmara. Ketiga, kalian hidup dengan l
ante mau kalian sama-sama terbuka. Apalagi, Tan
itu terkejut, Bari menatap
ma Om dan Tantenya," jawab Bari. Am
iasan Ibu-ibu, apalagi punya anak cuma satu, laki-laki juga. Amel, maaf
el diperdulikan. Terima kasih Tante, Amel seneng," jawaban Amel mem
han, Tante akan terus pantau. Oke,"
t Amara lapar, ia juga melihat Bar
nda pesen makanan berat ya, kalau pizza doang kamu
," jawab Amel s
Sayup terdengar suara pria itu berbicara dengan putrinya yang sedang mer
Amara segera menerima kembali kartu debetnya dan berjalan ke mejanya
*
si di JCC, Senayan. Amara begitu sibuk, ia memimpin proyek pa
ebelum bekerja. Seragam yang di kenakan pun, celana jeans dan kaos ke
Target kita para pasangan muda untuk cluster type 36 sampai 45. Cluster type 54 sampai besar, itu para eksekutif muda, kita bisa lihat dari penampilan mereka, walau, penampilan kadang menipu realita kantung mereka,
hatikan para pengunjung satu persatu, saat di rasa ada yang
mara juga memberikan hadiah kecil bagi setiap pengunjung yang datang ke stan untuk bertanya-tanya. Ha
i perumahan ini, apa bisa di jelaskan u
k. Menatap pem
, k
pria itu tersenyum. Amara memb
laskan," ucap Amara. Pria itu memakai
emasaran perumahan ini," A
n pembeli ruko d
gguk pelan, begitu pun Dani yang seolah eng
sam