Why not!
an mudah. Rumah kontrakan petak itu menjadi saksi k
dah. Cobaan datang dari berbagai macam pihak, tapi tak membuat Amara lemah,
Bari bertanya sambil merapihkan seragam sekolahnya. Amara me
sales dengan penjualan rumah yang melebihi target. Jangan bayangkan mudahnya Amara mencapai target penjualan, ia harus menawarkan dari mulut ke mulut, mencari kontak rekan sekolah dan kuliahnya dulu. Di tolak, diabaikan, dicemooh, ba
k. Amara goyah? Tidak. Justru di kepalanya
ara mengangguk seraya mengunci pintu. "Ini udah pesanan orang kantor, Bar, keripik pisan
uru di sekolah," sambung Bari sambil melirik l
?" tanya Amara. Ba
ara terkekeh, ia mengambil keripik pisang yang dibungkus
ya, Bar," Amara membantu Bari menutup kaita
pat Amara bekerja. Wanita itu menatap kabin mobil yang mereka berdua tumpangi, ia melirik ke Bari yang duduk tenang. Pikiran Amara mengarah ke niat
nggak, kalau Bunda jualan baju di bazar atau kita
ngusap kepala putranya yang akan beranjak remaja. Tak bisa Amara pungkiri, ia ingin memiliki pemasukan tambaha
*
n brosur dan beberapa data calon pembeli rumah sebelum ia
dut meja kerja Amara. "Kenapa, Mbak?" tanya Amara yang han
nak aku yang kedua ribut sama Kakak k
kolah, jam berapa janjian
n, ini bukan kasus pertama. Aku pusing,
pesantren?"
pesantren punya sistem men
ian, masih banyak pilihan, Mbak, coba obrolin ke suami Mbak Diva, kalau tujuannya masukin ke pesantren karena hal i
alah ikutan ribut terus di rumah sama adiknya itu. Anak aku yang k
. Anak remaja, kalau nggak kita jadikan sahabat, malah bisa jadi musuh bebuyutan. Bukannya, anak Mbak
Mbak, kasih tahu suami juga, komunikasikan," ucap Amar
kir sejenak tent
ih nasehat se-modern ini, aku nggak kepikiran sa
a temen sekolahku dulu mau, ya?" Pertanyaan Diva
alan dengan membawa satu rim brosur perumahan dan tas kerjanya. Timnya sudah
ma tahun, anak itu." Diva menggelengkan kepa
meet
ang sesuai dengan kantung mereka. Program DP ringan khusus untuk pasangan
iayaannya. Tawarkan juga kalau kita kerja sama dengan tiga bank ko
m. Lalu Amara menjelaskan lagi. Ia menu
in video dengan objek rumah contoh, side plan dan keterangan singkat namun penting. Kayak, total unit akan
adi, ide kreatif memasarkan barang juga perlu. Sementara ini
mengerti dan paham. Pola pikir Amara yang mengikuti tre
pasarnya siapa, Bu?" tan
jangan mau memperkaya diri sendiri. Oke, selamat berjuang rekan-rekan, saya mau ke pameran juga, semanga
enjadi yang terakhir keluar. Baginya tak masalah seorang pemimpin mendahulukan an
roperti, baik rumah atau apartemen. Amara yang begitu cantik dan ramah, memberikan brosur sambil memperkenalkan diri.
ghampirinya. Amara mengangguk. Ia mengajak pria itu duduk di tempat yang sudah disiapkan.
, anda?" Amara mengulurkan tangannya
h," jawab
tunya. Amara mengangguk. Lalu Noah m
si perumahannya, berapa jau
ng, Pak, tapi aksesnya mudah. Bisa lewat tol outer ri
pun berlanjut, pria itu beberapa kali mengangg
ubungi jika memang berminat, dan, um ... apa kit
k dengan tetap menatap Amara, Noah terutama. Amara tersenyum seraya mengulurkan tangan kemba
jakan anda, permisi, Pak Noah, saya harus kembali membagikan brosur." Amara berjalan meninggalkan N
sama dia, Ndr
merpati gue rasa." Andra menepuk bahu Noah,
piri Amara yang sedang membagika
? Kesel sama mereka?" tanya
jalan. Resek banget kalau ada calon pembeli yang prospek ujung-ujungny
pameran, Mbak. Bikin emosi doang." Ketusnya.
, waktunya kamu cari pasangan
h. Cukup Bundanya," timpal
erjalan kembali ke stand mereka. Amara diam, ia menghelana napas la
sam