CEO YANG MENKUJGKIRBALIKKAN DUNIAKU
bih keras daripada yang bisa
orang tuamu, seakan-ak
aku duduk sendirian di balik kemudi mobil, menatap langi
si, tanpa pernah benar-benar memikirkan masa depanku sendiri. Aku sombong, tapi kosong. Dan Delia-de
erdebu di laptop. Kubuka bab tiga, kutatap isinya lama-lama, lalu kuhapus semuanya. Aku menulis ulang
jui untuk dapat jadwal sidang. Entah karena sudah memenu
gris. Bukan karena ingin pamer gelar atau mengejar prestise, tapi karena aku ingin m
program master, aku juga mulai meng
trakannya Delia, rak sepatu di depa
ngan sneakers, flat shoes, sandal santai, bahkan boots. Tapi rak paling bawah hanya b
ri seleranya yang unik. Tapi sekarang aku paham. Mungkin dia sengaja mencocokkan baju dan
datang membawa kotak sepatu bermerek dengan embel-embel limited edition, dia pasti menolak mentah-mentah. Buka
tuk keperluan donasi ke panti asuhan. Tentu saja aku tidak hanya menyebutkan ukuran Delia-40-tapi juga beberapa ukuran lain, agar alas
ng-barang yang kuminta sudah siap. Hari itu juga aku ke g
aja, aku tidak lupa membeli martabak keju kesukaannya-
trakannya. Jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Aku belum tahu
ingin dia tahu-aku melihatny
nyaring. Tapi Arkan yang, untuk pertama kalinya, b
lesai memarkirkan mobil. Seolah-olah dia memang menungguku. Wajahnya tampak
n langsung buka pintu," godaku
menunduk malu. Pipi merahnya
artabak yang kubawa. "Ini
" tanyanya deng
a bagasi. Dua kardus besar
baru, tapi sudah terlalu lama di gudang. Sayang kalau dibuang.
aku lihat dulu nggak? Barangkali ada yang cocok buatku. Sepatu
tc
lu. Kalau temanmu ada yang butuh juga
r warna krem dan mencoba menempelkannya ke kaki. Wajahnya
ke kampung, ya? Di sana lebih bany
r. Rasanya hangat sekali melihat dia se
n perempuan lain. Dan seperti
ah jatu
caranya agar ak