CEO YANG MENKUJGKIRBALIKKAN DUNIAKU
di kampus, apalagi di kontrakan. Baru kusadari sekarang, du
ah kuliah pagi, mengajar sore, dan kerja malam di restoran. Sementara Minggu kusiapkan
atikanku dari yang kukira.
, aku hampir selalu menghabiskan waktu di ruang ta
ikan tugas-tugas yang menumpuk. Ruang itu sunyi, tapi aku menyukainya. Dan
osong. Setiap sore berlalu ta
menunggu, suara mobilnya benar-benar terdengar. Spontan aku bangkit dar
kejut, tapi ada bina
toko milik keluarganya, barang-barang lama yang tidak laku dan akan segera dibuang. Ia memintaku membantu
puku sudah rusak parah. Solnya copot, dan aku belum punya cukup uang untuk beli yang baru. Aku t
an martabak keju. Suasana terasa hangat dan santai, sepert
kripsi, Del," katanya samb
at. "Serius? Wa
bil tersenyum kecil. "Dan... entah kena
n dahi. "Makas
anmu waktu itu nyentil banget, Del. Aku jadi mal
jauh karena tersinggung dengan kata-kataku. Tapi ternyata ju
lulus, tentang usaha keluarganya, tentang musik yang dia s
d dekat kontrakan. Aku mengira ia akan segera
g wudhu ya? Aku shalat
buru kabur kalau dengar adzan. Tapi kali ini,
kah tanpa bisa kutahan. "Silakan,"
ua temanku jadi tahu Ar
shalat. Satu per satu temanku pulang. Reni
Reni sambil menunjuk ke arah mobil
rumah terbuka dan Arkan keluar
erti melihat hantu. Arkan yang melihat reaksi mereka
u," katanya singkat lalu m
a langsung mengerubungiku seperti d
u akrab sama Arkan?" ta
ta martabak tiga bulan lalu?" Si
yang tidak gatal. "Eh
eru mereka ha
ku gugup, berharap mereka puas dengan
, itu hara