Ikuti Saja Mau-Nya
butuh karyawan baru," ucap se
edang membutuhkan seorang office boy baru, saking semangatny
, tidak
sil, sudah hampir dua bulan masih juga
a rasanya terus membuatnya kecewa. Entah sisa berapa uang di ta
dulu pencarian kerjanya, perutku sudah tidak bisa lagi di
r Advokat, namun sudah dua bulan ini majikanku memecatku secara sepihak. Saat kutanya alasannya, mereka bilang usiaku
lalui demi mendapatkan pekerjaan baru segera. Namun, sep
semakin menipis, apalagi kami harus membayar uang kontrakan setiap bulannya,
Bagaimana nasib istri serta kedua anakku, Safa dan Marwah? Bersyukurnya Tuha
nline, tapi terkendala motor yang kumiliki h
saat masih bekerja dulu, tapi gajiku saat itu tid
lebih dahulu, baru setelahnya akan membeli barang
membaca, sedangkan Marwah tengah asyik bermain dengan bon
u. Jika mereka tahu bahwa hari ini aku kembali me
maaf
saja, memang ada gurat kecewa tapi di
makan du
nyiapkan makanan, seperti itulah dia,
i pun membahagiakannya. Padahal, sudah banyak hal yang dia lakuk
bodoh yang mau menikah dengan lelaki masa depan suram sepertiku dan masih banya
lahan, sampai akhirnya kami bisa menikah dengan restun
iakan putrinya, tapi jika dia tahu kini bahkan menantunya ini seoran
akan sanggup dengan gaji yang hanya sedikit, tapi Nayla yang merasa kasihan padaku karena terus mendapat perlaku
bapak wariskan untuk putranya ini. Tidak ada lagi selain motor itu, ada
enanggung semua biaya rumah sakitnya. Jadi, saat bapak meninggal, Mbak Nani rasa dia
an segala pengobatannya Mbak Nani lah yang menanggungnya, j
la dapatkan dariku. Aku merasa egois karena ingin memilikinya seutuhny
macam
*
juan pasti. Lagi pula aku tidak tega untuk terus meminta uang bensin, Safa dan Marwah saja
belum memiliki informasi lowongan kerja. Mencari lowongan di in
aku harus melakukan sesuatu agar tetap berp
" ser
memandikan Marwah langsun
bungan kita,
bayar kontrakan, sekita
termos air
gkin bingung juga dengan pert
opi keliling, pakai
"Nayla terserah Abang
k pengemudi ojek online mangkal. Aba
ang. Si
otak untuk mencari pundi rupiah, jika menung
yla seraya memberikan selemb
Dek. Semoga b
mi
t, tanpa banyak bertanya atau mengeluh. Saat kondisi sulit seperti ini saja,dia
an belanja
r Nay siapkan dulu te
pergi. Menafkahi Istri dan anak-anak adalah ha
*
m, waktu yang tepat untuk segera bergegas pergi berjualan
kanan ringan yang tadi kubeli, malam ini aku bertekad
a, tapi ada bekas peti telur menganggur. Akhirnya dengan itulah ak
ati ya,
Abang jalan
enembus dinginnya udara malam, apalagi sore ha
tapi ternyata sudah banyak penjual kopi yang mangkal di sana. Namun aku tid
disekitar Halte Bus. Memang tempatnya agak sepi, tapi setahuku disini sering a
a dua orang pembeli, bahkan hingga hari semakin larut pun tidak ada lagi tand
ebih dari dua puluh ribu saja, tapi waktu sudah tida
ga sudah mulai sepi, berbahaya jika terus b
tempat untuk tidur, ada juga yang sudah tertidur pulas meski hanya ber
di sana. Bagaimana jika aku dan keluargaku yang mengalami kesulitan seperti
embiarkan hal seperti itu terjadi. Anak dan istriku harus punya tempat berteduh
ri luar kudengar dia tengah membaca lantunan ayat suci Al-
TO
aikum, Dek.
n pintu untukku. "Wa'alaikum Salam," jawabnya se
n gesit Nayla membantuku merapik
ini
ang. Ngopi dulu, ya
ang begitu pengertian. Dia segera pergi kembali ke
nya,
sih,
ebih manis karena melihat senyum y
ay
, B
malam ini cuma
ya tak lebih dari dua puluh ribu, meski seb
ngan senyum mengemba
Nay. Semoga saja bes
aupun kecil nafkah dari Abang begitu be
knya setelah hampir dua bulan menganggur, meski kecil tapi dia meneri