Gairah Pelarian Cinta
tan menginap di sini?"
asan bungalo yang rimbun karena banyak perpohonan rindang. Pemandangan d
elarikan diri dari rumah mbak, bukan?" ta
a malah cepat-capat tur
karena dibelit kain, ia berjal
bayar, bilang terima kasih saja tidak! Nanti
eluar dari bungalo itu. Jalan itu tida
ar mobilnya di ujung pelataran.
ah dan sampai di depan lobi lagi,
adang, ia berusaha mena
langsung membuka pintu begitu mobil melintas perlahan-lah
tidak membawa dompet." seru
elakang, dengan muka di tekuk les
bahkan saya tidak punya kartu identitas sama se
ulang saja, Mbak?" tany
rakhir juga masal
kau memulangkan saya, itu sama artin
rumah untuk mbak?" keluh pemuda
al di tempat yang penuh den
da tidak sabar. "Bagaimana jika mbak
a sedang mencari-cari saya, tapi juga memburu mu! Menelpon kantor mu, menanyakan alamat mu, dan mung
gis. Menggaruk-garuk kep
anik. "Jadi sekarang
ain." Cinta mengangk
sedikit pun dari tempa
biarkan mu pergi, tidak ada jaminan kau tidak akan membe
pemuda itu dar belakang, lalu i
paksa saya ja
u terkesi
tua menurun juga ke Mbak!
upir pergi begitu saja, terpaksa pemuda itu memarkirkan mobilnya. Ia l
berubah. Ia tidak lagi menunjukkan rasa sungkan mala
anku," katany
."Kau cuma dibayar untuk menyeti
iri. "Dasar tidak tahu diri. Meski tidak puny
n?" tanya pemuda itu geram. "Percuma kau m
an segala!" balas Ci
u langsung menyambar tangan Cinta. Ketika Cinta berusaha melepaskan genggamanny
itu mengancam. "Kalau mereka sampai menolak kit
utik. Ia patuh saja ketika pemuda itu menariknya men
tanda tanya. Perempuan, berbadan gemuk da
amu iseng yang hanya menanyakan harga sewa kamar,
karena mukanya terlihat bermusuhan keti
m ramah sambil mengerlingkan mata. Ber
nya penuh r
ngalo, kami pe
ia tidak percaya bahwa pemuda dan gadis yang berdiri b
ng, sementara si pria mengenakan setelan jas lengkap dengan dasi kupu-kupu. Tapi kenapa
engenal sama sekali," kata si
senyuman manisnya. "Karena sekarang dia sudah jadi istri saya, saya dong yang harus membayar semuan
pat tersentak ketika melihat isi dompet itu. Dompet itu lumayan tebal,
menarik KTPnya dan mengambil salah satu kartu kr
enatap keduanya dengan
uda itu sambil memamerkan seder
meja tempatnya bertugas. Ia menjenguk ke bawah kaki
selembar pakaian pun, kan?" tanya pemuda itu santai, sam
Cinta dan tiba-tiba mendarat
sayang?" bi
mpar pemuda itu sekeras-kerasnya, tapi
enyunggingkan senyum ramah. "Saya pilihkan bungalo
semprot Cinta begitu pint
tarkan mereka telah
sandiwara kita!" bal
udukan mereka telah seri. Tanpa pertolongann
owok ini semakin besar kepala saja," pikirnya kesal. "Ment
mengantarkanmu ke penginapan?" sahut pemuda itu dingin. "Tugasku
ngannya di dada, lalu menyi
lamat sampai ke dalam kamar. Kura
h. Ia melangkah hilir-mudik di dalam kama
harus kulakukan?" sindir pemuda itu
ka akan menginterogasimu." Cinta berpikir panik
punya pil
intai?" Cinta menatap pemuda itu dengan mata yang menyorot kesedihan yang mendal
apa yang menimpa gadis ini. Sebetulnya ia mulai kasihan, tapi lagak
ta melangkah terhuyung-huyung sambil memegangi perutnya. Gadis itu menerob
sampai terdengar suara air pembilas kloset. La
kelkan telah berubah. Ia langsung men
ak?" tanya pemuda itu den
ai tempat tidur dengan susah payah, dan
sama, tetapi bukan dari pemuda itu yang bert
mbung