Gairah Pelarian Cinta
Ci
u sakit?", ta
nggung ku yang membungkuk anggukan
, aku menegakkan tubuh ku. Kemudian aku beringsut begitu
ta anakku?", tanya mama
ngin? Kecapea
i kepala ranjang. Aku tetap diam tidak menjawa
skan apa yang te
membuat mama ku bisa memaham
llah", pekikntuk bertumpu pada dinding. Merasa l
ak hamil kan, C
seolah-olah baru saja menyampaikan b
ma malah meremas-remas rambutnya dan memegangi
u?", erang mama terpukul. "Kau masih kuliah! Ba
apek dianggap sebagai anak kecil melulu. Aku ingin menunjukkan p
kehormatannya sebagai ibu tela
kksss....", suara tangisku mem
enangan ku bersama mama sebulan yang lalu, me
dian-kejadian yang lampau yang m
i jurusan Akuntansi di salah sa
dan kebetulan juga menga
engkapnya Robi Hermawan, adalah pria muda yang tampan yang
ocok dengan gayanya yang flamboyan. Hidung mancung, dagu persegi dengan ceruk di tengahnya. Bibir yang tipis, alis yang hitam dan tebal, kulit
do, olahraga beladiri yang membutuhkan ketahanan f
an anak-anak zaman sekarang, banyak para gadi
utama para mahasiswi, yang baru maupun senior, ramai mengg
lih Robi. Aku saat itu sedang berjalan menuju ke perpust
mu cantik?", kata nya dengan bergay
ersipu malu menyamb
ng cantik bak peragawati. Kamu harus
n tingkahnya, tidak ada seorang pun y
u betul-betul tidak siap, apalagi lan
akan tidak menyangka begitulah ca
anya sekedar menggoda
awaban apa pun. Membuatnya hanya bisa berdiri mematung sambil memperhatikan ku per
capannya, ia setiap hari selalu mendekati ku
di pintu keluar dengan gaya flamboyan nya, m
tara sebelah kakinya ditekuk melekat di dinding. Kaos dan celana jeans jadi andala
tanya ku pada nya, saat kami
hemistry tidak bisa dipaks
, seluruh sel di sekujur tubu
h piala lambang supremasi dari pertandingan yang ketat. Tanpa perlu bersaing,
berdua dengan ku, ternyata tida
a ku. Aku cantik, cerdas, dan anak orang kaya. Aku pantas m
i sahabat sekaligus teman sekelas ku, saat aku
aksa menyingkir dengan rela karena tidak pantas bersaing dengan ku, mesk
l, menjadi buah bibir oleh
enghalangi para mahasiswa di kampus ku untuk mendeka
kap malu-malu pada Robi, tapi sebetulnya pengen dipilih oleh nya. Dan diantara
atau bahkan selama janur kuning belum berdiri, siapa pun berhak
ngan ku dengan mengajak ku ke kantin, menawarkan diri mengantarkan ku pulang, bahkan dengan lancang
dengan penuh kemarahan. Perkelahian pun tak terhindark
dan sudah beberapa kali memenangi kejuaraan Taekwondo, bahkan pernah mewakil
n ku dari pria-pria pengagumku, masih ada saja yang berani melakukan
a dengan bogem mentah, dia tidak pandang bulu semua ia sikat dari mahasiswa seangkatan bah
alagi menyentuhku? Pasti berakhir dengan tubuh dan wajah babak belur hingga membuat pa
ujar Robi meradang setiap kal
an pernah ku biarkan lel
n tangannya yang kokoh. Ditatapnya ma
Cinta", ucap
rikan diri mu kep
ya mendekap ku kuat-kuat seolah ing
gihan nya untum mempertahankan ku d
a Robi yang bidang, aku mera
iki kepribadian yang rapuh seperti menemukan benteng yang kokoh untuk menjauhkan ku dari s
Memasrahkan diri sepenuhnya kepada Robi, kepada
memonopoli dan menyiksa tapi membuat
nya, apalagi berpaling darinya, sama
saja dan tidak menunjukkan ketidaksukaan nya mungkin anggapan mama hubungan k
da Robi, apalagi mama sering memergoki ku selalu diantar pulang Robi, mungkin saat itu mama sudah
s, rapi dan terlihat macho karena ingin menemani ku ke pesta
sahabat ku mama ku mulai menginterogas
a mu, nak?", perintah mama seperti mau mengorek
ni mengikuti perintah nya kemudian meng
ng sering main ke sin
sam