MENANTU KONTRAK
ihmu, karena saya percaya denganmu. Dan, Kamu bisa menyimpan rahasia ini. Tenang saja Reivan lelaki yang baik. Dia akan menuruti
Nyonya," sahu
aya. Saya berjanji selesai kontrak pernikahan kamu dan Reivan Saya akan memberikan i
tak mengharap imbalan. Ia hanya ingin membantu keluarga tersebut at
nyumnya. "Sudahlah Saya terlalu terbawa suasana, se
apa Nyonya. Saya mengerti
ti sangat lelah. Saya akan suruh Lunar
hut Anin
. Rumah tersebut sangatlah besar, bak istana. Sehingga di setiap sudut rua
tahu Nyonya Lunar itu siapa?" t
ena sudah berpuluh - puluh tahun lebih ia mengabdi di rumah ini. Waktu d
yang terlalu banyak berta
karena kamu masih terlalu bar
uk pintu pelan. "Permisi, ada apa Nyonya?"
arnya. Biarkan dia beristiraha
ya," ucap
ar Nyonya tersebut. Selanjutnya berjalan melangkah menuju kamar tamu.
istirahat di sini. Kalau Nona butuh sesuatu s
ah mengantar Anin Lunar segera pergi meninggalkan Anin send
ucap Anin
enghentikan langkahnya. "Iya, ada apa Nona. Kamu per
tidak butuh sesuatu. Tapi apakah Anda b
, boleh saja. Memangnya ada a
u. Lunar yang melihat raut wajah Anin seperti itu menjadi penasaran. I
nin malu - malu
dagu Anin lembut dan menatap Anin dengan penuh kasih saya
uhan tahun bekerja di rumah ini. Maaf boleh
oleh," jawab
ahu, tentang Pak Reivan .
khirnya ia paham apa yang ingin di tanyakan gadis t
semakin ber
ya mungkin sedikit aneh,"
annya dulu saat ia masih kecil. Lunar terpaksa meninggalkan anak gadisnya itu karena peristiwa yang begitu menyakitkan. Ia di fitnah dan ia di usir oleh Ibu
ari pada kamu. Dia pria yang baik, dan supel. Dia bertanggung jawab, dan bijak seperti Nyonya. Tetapi dalam hal
ia hanya mang
. "Bagaimana, ada lagi yang ingin
k Bu! Saya rasa cukup,
bantuan kalau butuh sesuatu," pesan Lunar mengingatkan se
un melangkah keluar dari ruang kamar
as, ranjang mewah, semua itu terasa mimpi baginya. Anin bahagia, ia merasa sangat bersyukur dengan takdir yang ia jalani kini. Dengan hati yang penuh bunga, Anin segera menikmati kemegahan dan kesenangan dalam hidupnya kini. Ia pun menghempaskan dirin
eperti suara
asur tersebut, dan melangkah menuju ke depan pintu. Sembari menempelkan telin
sapa pemuda
wal? Biasanya juga sore," sahut Lunar yang s
ang ingin dibicarakan. Jadi Aku pulang lebih
m, "Nyonya mem
i?" tanya R
i Nyonya sana ..." balas
e
Anin sedikit gugup. Setelah menguping pe
dengannya. Untuk pernikahan kami, se
g kamar
menatap Reivan tersenyum. Seraya meletakkan buku yang baru saja ia baca ke atas meja. Serta melepaskan ka
n, Mamah sudah menemukan seorang gadis yang
gadis yang Nenek kamu in
ak menyangka Ibunya akan menemukan sosok g
adis yang tepat?"
Dia sekarang sudah di rumah kita. Mamah ak
mah. Apapun itu mungkin memang dia
dikit tegang. Sebenarnya ia sangat - sangat tidak siap. Namun, ia tak punya pilihan lagi. "Ent
har
orang yang datang benaknya. Tak terlihat siapa pun. Hanya ada dirinya sendiri. Anin pun memutuskan untuk beranjak dari tempat tidur tersebut dan memilih untuk mandi. Tetapi tiba-tiba pikirannya teralihkan saat pertama kali ia datang ke rumah itu. Ia melihat halaman samping, yang begitu luas. Yaitu sebuah
enusuk indra penciumannya. Udaranya begitu segar, meski sore hari. Anin tertarik untuk menciumi bunga-bunga tersebut satu-persatu. Gadis lugu nan p
kegiatan tersebut di ruang kamarnya, yang memang sudah di fasilitasi berbagai macam benda-benda untuk kebutuhan pria dewasa sepertinya. Sama seperti Nyonya dan Tuan. Kamar Reivan terletak di
jendela kaca di kamarnya, di mana di sudut samping jendela tersebut ada sebuah meja yang di gunakan untuk mel
, dengan rambut panjang, berkulit putih, dan bertubuh mungil. Berada di tengah - tengah area kebun bunga tersebut. Kejadi
pun, membuat Reivan memutuskan untuk segera keluar dari kamarny