MENANTU KONTRAK
dari raut wajahnya yang sudah tak muda lagi. Ia terlihat berdiri, di depan sebuah pintu rumah yang memang nampak tidak terlalu besar. Satu tangannya melemparka
- seok, karena perlakuan wanita itu. Ia jatuh tersungkur di
dari sini!" te
lotot dan berk
pada Ibu tirinya itu, agar ia tidak di usir dari rumah. Dengan m
an u_sir Anin dari si_ni," ri
Bu? Anin sudah tidak punya tempat tinggal ..." ucap
s perkataan Anin. Ia malah semakin menjadi - j
api, ia kembali berteria
Saya tidak peduli denganmu! Karena rumah ini sekarang milik
an perasaan tegar ia meraih tas besar yang sedari tadi terletak di samping, tubuhnya yang mungil. Ia mencoba berdiri dan berusaha untuk tetap kuat. Sambil menya
kaca, ia menatap Ibu tiriny
ini. Anin yakin Tuhan tidak tidur d
mangatnya kembali. Ia berusaha membuktikan kepada
Ibu tirinya menjadi semakin ger
Saya tahu kamu hanya pura -pura, sudah pergi san
ahnya tersebut. Meski dengan langkah berat, karena terlalu bany
hanya bisa ia pasrahkan kepada Tuhan. Jauh dalam lubuk hatinya seber
di pinggir jalan raya besar meniti langkah demi langkah seraya m
langkah kaki Anin, yang beralaskan sepatu sendal tipis berwarna coklat muda. Dengan penu
san peluh mengucur dari kening hingga lehernya. Sesekali ia ke
punya siapa - siapa lagi di dunia ini selain Ayah
ama yang kini terbesit dalam benaknya. Yaitu Laras, teman waktu ia SMP dahulu. Anin pun mencoba menghubunginya melalui handphone jadulnya. Yang ia beli dari uang yang selalu ia kumpulkan, dari hasil berjualan kue untuk m
h kursi halte bus yang terletak di pinggir jalan tersebut. Sambil mengusap keringat yang ada
r ia bertemu Laras dua tahun yang lalu, itu pun hanya sebentar saat Anin akan mengantar kue - kuenya kepada para pedagang di
bari mendongakkan wajahnya ke a
jernih. Ia yakin akan ada solusi dan jalan keluar dari masalah yang tengah ia hadapi saat ini. Dan Anin pun memutus
ah kertas berupa selebaran. Selebaran tersebu
SKAN RUMAH, DAN MENGERJAKAN PEKERJAAN RUMAH TANGGA LAINNYA. MINAT HUBUNGI NOMOR YANG TERTERA. ATAU BISA LANGS
n tersebut. Dengan percaya diri, ia yakin kala
ejam. Anin berpikir kalau orang yang menyebarkan selebaran tersebut, kini tengah mencari seorang asisten
ngah dengan senyum yang mengembang di bibirny
ia tenteng. Akhirnya, ia sampai pada alamat yang ingin ia tuju
Yang di dalamnya terdapat sebuah rumah, bak istana di film kerajaan. Anin terkesima melihat ru
juga seleksi akan di adakan. Tak mau ketinggalan, Anin pun juga bergegas ikut masuk. Meski dengan jalan yang sedikit lambat karena sesuatu
lam r
hun. Tampilan perempuan itu menyatakan kalau ia adalah salah satu asisten rumah mewah itu. Pakaia
tu, untuk satu persatu di wawancara. Ke satu ru
Siapakah perempuan itu? Apakah dia pelayan di rumah semegah itu? Kalau ia, kenapa sang majikan ingin men
iran Anin. Hingga membuatnya tak sadar kalau ia kin
a perempuan
wajahnya terlihat cemas. Anin j
itu lagi sembari mendekat ke sam
hunya. Seketika Anin kaget
apa? Kenapa?" sah
n yang polos membuat perempuan itu memaklumi apa yang sedan
" jelas perempuan itu k
pembantu saja harus di adakan wawancara. Perempuan itu pun meraih tangan Anin dan menuntunnya
ang di bawa Anin. Raut wajahnya berubah,
a juga akan kembali ke ruang ini kok, kalau Nona
dan mereka berdua pun segera berj
i depan pintu
...t
pintu tersebut. "Nyonya, ini
a dengan
ni!" sahut sua
perempuan it
geri. Bernuansa estetik, lengkap dengan perabotan mewah yang pastinya bernilai fantastis. Anin mengedarkan pan
nya ia terlihat seusia dengan Ibu tirinya Anin. Rambutnya yang di sanggul begitu rapi, serta berpakaian mewah dengan g