Anak Haram Milik Suamiku
Apa terjadi ses
as teh hangat yang baru saja diseduh. Matahari sore menembus tir
n menabrak kaki meja. Melihat senyuman Raka, Amara merasa damai. Hidupnya terasa s
ada lembut, berharap bisa meredakan
i mana. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya duduk di sof
ntang kantor. Ini tentang kita. Tentang
udmu? Tentang Raka? Apa yang salah dengan Ra
engatakan ini sejak dulu, tapi aku selalu takut. Takut kamu akan
Tolong, katakan saja," desak A
a, "Raka ... Raka bukan hanya anak yang kita ambil
-kata itu. "Apa maksudmu, Mas? Bagaimana mungkin Raka
r-benar minta maaf," potong Bima den
ria
r nama itu dulu, di awal pernikahan mereka. Maria adalah mantan kekasih Bima sebelum
aria? Jelaskan, Mas!" Suara Amara mulai meninggi, tid
a setelah itu, aku tahu Maria hamil. Dia tidak memberitahuku langsung, dia pergi begitu saja. Aku tidak tahu apa yang harus kulakuk
tidak mengatakan apapun padaku?" tanyanya dengan suara rendah, hampir berbisik. "Selama ini ... selama b
Raka, dan aku juga tidak ingin kehilangan dia." Bima mengusap wajahnya dengan frustrasi, merasa bersalah. "Maria pergi setelah me
ni kebohongan. Selama ini aku hidup dalam kebohongan, m
sud membuatmu merasa seperti ini. Aku juga mencintai Raka, sama sepertimu. Dia a
baru saja dihadapinya. Dia merasa marah, sedih, dan terkhianati dalam waktu bersamaan. "Aku tidak percaya kamu bisa meny
lit untuk diterima, tapi percayalah, aku juga bingung. Aku tidak
, air matanya mulai mengalir. "Kamu sudah mengha
minta maaf. Aku benar-benar minta maaf. Jika aku
ncintai Raka, anak yang sudah dia rawat dengan sepenuh hati, tapi kini dia tahu bahwa
a Amara pelan. "Kamu membohongiku selama i
rkan ini menghancurkan hubungan kita dengan Raka. Dia masih anak kita, meski secara
Mas. Dia anakmu dengan Maria. Aku tidak tahu bagaim
berbagai macam pikiran yang berputar-putar. Dia butuh waktu untuk sendiri, untuk mencerna semu
-
yang harus dia lakukan sekarang? Apakah dia harus meninggalkan semuanya? Bagaimana dengan Raka?
ima untuk kebohongan besar ini. Selama ini dia berpikir bahwa mereka adalah keluar
a masuk dengan langkah pelan. "Amara
h luka. "Apa lagi yang ingin kamu katakan, hmm? Apa
embunyikan, Amara. Ini yang paling sulit. Aku hanya ingin kamu tahu, aku me
semuanya berbaur menjadi satu. "Aku butuh waktu, Mas," katanya akhirnya. "Aku
ti. Aku akan menunggumu. Apa pun k
asa lebih nyata dari sebelumnya. Di luar kamar, suara tawa Raka masih terden
ambu