Anak Haram Milik Suamiku
u tega mela
oncongan, nafsu makannya benar-benar hilang sejak pengakuan mengejutkan dari Bima semalam.
k tidur semalaman. Dia berkali-kali membuka mulut untuk bicara, tetapi tak ada ka
, meskipun terdengar ragu. "Aku tahu ka
erkaca-kaca. "Apa lagi yang perlu dibicarakan? Kamu sudah
h. Aku seharusnya tidak pernah menyembunyikan hal sebesar ini da
dak memikirkan apa yang akan aku rasakan ketika mengetahui kebenaran? Apa kamu pernah memikirkan ba
engar sedikit tegang. "Dia adalah anakku, Amara. Dan kamu-ka
a ini aku membesarkan anak orang lain tanpa tahu siapa dia sebenarnya
ban yang bisa memperbaiki situasi. "Aku hanya berpikir, kalau aku tidak bilang semua akan
percaya itu akan berjalan selamanya? Cepat atau lambat, semuanya aka
u tahu. Tapi aku hanya tidak in
ana mungkin kita bisa menyebut ini keluarga setelah semua kebohon
ntuhannya. "Amara, tolong. Aku tahu ini sulit. Aku tahu aku salah. Tapi
anak itu, betapa besar kasih sayangnya selama ini. Namun, kini semua terasa a
nadanya melemah. "Aku butuh waktu unt
akan memberimu ruang, sebanyak yang kamu butuhkan. T
tang kita lagi. Ini tentang kepercayaan yang sudah hilang. Aku t
ang hampir jatuh. "Aku akan melakukan apa saja, Amar
yang sama dengan Bima untuk saat ini. "Aku akan keluar sebenta
Amara pergi. Ia tahu, memaksanya tetap
-
atas kepalanya, tetapi hatinya terasa gelap dan berat. Dia mencintai Bima, tidak
anak kecil yang selalu ia peluk setiap malam sebelum tidur, yang selalu ia hibur ketika menangis, dan yang selalu i
jenak ia menutup mata, mencoba meredakan kepedihan yang menggerogoti
belakang. Amara menoleh dan melihat sahabatnya
sik Amara, su
natap wajah sahabatnya yang terlihat lel
ahan kini mulai mengalir pelan. "Aku tidak tahu haru
n dukungan. "Apa yang terjadi? Kamu
asal usul Raka, dan tentang perasaan terkhianati yang menggerogotinya. Nisa mendengarkan denga
melakukan itu padamu," ujar Nisa setelah men
ranya lemah. "Aku marah, kecewa, tapi di saat yang sama aku ngga
. "Tentu saja kamu mencintainya. Kamu yang membesarka
r. "Bagaimana kalau suatu hari Maria datang dan mengklaim
ya hak untuk melawan. Kamu sudah menjadi ibu bagi Raka selama ini. Maria yang
menghadapi semua ini," bisik A
ra. Kamu wanita yang luar biasa. Dan aku yakin,
un, perasaan patah hatinya masih begitu besar. Bagaimana
-
ka sudah tidur di kamarnya, dan Bima duduk sendirian di ruang tamu menu
meskipun dia tahu jawaban itu tid
duk dengan lelah. Setelah beberapa saat hening, Amara akhirnya bicara, meskip
gerti. Aku akan memberikanmu wa
penuh luka. "Waktu? Waktu mungkin tidak
bisa dia lakukan hanyalah menunggu, dan berharap suatu saat Amara bisa memaafkan. Tapi di hatiny
ambu