Direndahkan Oleh Keluarga Suami
enghadap ke taman. Pepohonan yang rimbun bergoyang diterpa angin, seakan berbisik tentang hidupnya yang penuh sepi. Sejak kecil, Jasmine tahu bahwa dunia t
as menjadi alasan utama, tetapi ada hal lain yang jauh lebi
ah menjadi mantra yang diulang ribuan kali di rumah mereka. Jasmine mengingat bagaimana dia pernah mencoba belajar menari, berharap bisa menarik perhatian ibunya, hanya untuk
yang cerah dan suara yang menenangkan, membuat Jasmine merasa seperti dia bukan sekadar cacat, bukan sekadar beban. "Kau cantik," katanya di malam pertama mereka
h upacara pemakaman. Jasmine, dalam gaun putih yang indah, merasa seperti seorang putri yang dipaksa bermain di dunia yang tak pernah dia p
an tak pernah menganggapnya lebih dari sekadar pajangan; mereka memandangnya dengan senyum kecut dan komentar yang mengiris hati. Seperti ketika bibi Ardan, yang tak p
ersenyum sinis dan mengalihkan pembicaraan, seakan dia tidak pernah mendengar apa yang dikatakan oleh orang-o
anya akan berubah. Anindya, wanita yang pernah menjadi cinta pertama Ardan, berdiri di ambang pintu dengan riasan wajah yang sempurna d
p kata seakan menggetarkan dinding-dinding rumah. Jasmine berdiri, tubuhnya membeku di tempat,
rbinar dengan ketidakpedulian, "Kau tidak pernah merasa dicintai sejati, bukan? Apakah Ardan pernah mengataka
annya pada semua kebohongan dan pengorbanan yang telah dia buat selama ini. Dia ingin menjawab, ingin berteriak,
adari semua yang selama ini disembunyikan. Dia tidak pernah dic
hati, suara hatinya menggema di seluruh tubuhnya, mendorongnya