Direndahkan Oleh Keluarga Suami
yur jendela kaca rumah mereka seperti titisan air mata dari langit. Suara gemericik hujan itu seolah menyanyikan lagu kesedihan yang sudah begitu akrab di telinganya. Dia m
hujan di luar. Setiap kali Jasmine menatapnya, ada rasa sakit yang mengusik di dada Ardan, seakan setiap detik yang berlalu adalah siksaan karena dia tahu dia tel
tahu bahwa aku tidak pernah bermaksud...," Ardan menghela napas berat, menatap meja d
angat dan senyum di wajah Ardan, yang akan memberinya semangat untuk menghadapi apapun. Tapi sekarang, aroma teh yang seharusnya menenangkan itu malah mengingatkanny
ine berbicara, suaranya lemah, tetapi tegas. "Aku hanya i
tuh lagi, seakan menghindari kenyataan. "Jasmine, kau tahu aku tidak bisa melakukannya," katanya, suar
yuman, perhatian yang hanya diberikan saat orang lain melihat-semua itu mengalir dalam darah mereka seperti racun. Ardan
idak bercahaya, hanya ada sisa-sisa harapan yang kini tinggal abu. "Kau tidak p
i kata-kata itu hilang di udara. Hatinya terbelah, sebuah luka yang seakan tidak bisa disembuhkan. Tetapi Jasmine, dalam kebisuan
epat seakan tidak peduli dengan kesedihan yang melanda rumah ini. Jasmine ingin berteriak, melawan dunia yang terus bergerak tanpa menghiraukan penderitaan yang di
an suami yang baik, tetapi aku bisa berubah," katanya dengan suara yang penuh harap
mine melihat lebih dari sekadar penyesalan. Dia melihat ketakutan-takut kehilangan, takut menghadapi
"Aku ingin kau berubah untuk dirimu sendiri. Aku tidak bisa menjadi alasan kau mencari kebahag
sa kosong. Dia ingin menggapai tangan Jasmine, meminta dia untuk tetap di sini, untuk memberinya kesempat
ju pintu. Di belakangnya, Ardan masih berdiri dengan kebisuan yang memekakkan telinga, matanya memandangi punggung Jasmine hingga hilang d