Direndahkan Oleh Keluarga Suami
, hatinya justru semakin terang oleh rasa sakit yang sulit dijelaskan. Ardan duduk di kursi kayu tua di sudut ruangan, tangannya yang kokoh memijat pelipis, ber
dengar detak jantungnya yang berdetak cepat, menyuarakan perasaan yang sulit dikendalikan. Ardan akhirnya mendongak, menatap Jasmine dengan mata yang penuh ketegangan dan kebingungan. S
ia mengangkat tangan, lalu menurunkannya lagi, seperti sedanghangatan di dalam hatinya yang meradang. Setiap kata Ardan adalah kebohongan, setiap keheningan adalah pengkhianatan. Di luar, bu
asmine. Namun, Jasmine mengangkat tangannya, meminta dia untuk berhenti. Itu cuk
ti pisau. "Selama ini, aku selalu berharap. Aku selalu berpikir bahwa suatu hari, aku akan merasa dicint
ang terperangkap antara keinginan untuk meminta maaf dan rasa marah pada dirinya sendiri. "Jasmine, aku minta maaf," katanya akhir
gerakanmu, setiap ekspresi di wajahmu. Aku tahu bagaimana caramu berbicara, caramu tersenyum, dan cara
lama ini dia tahan. Jasmine melangkah ke arah Ardan, mendekat hingga jarak di antara mereka hanya sehelai rambut. Dia ingin melihat ke
rdan dengan suara penuh kebingungan. "Aku tahu
lakukan selama ini? Mempermainkanku? Mencoba membuatku percaya bahwa aku cukup layak untukmu? Aku tahu, Ardan. Aku
kelegaan yang datang dengan kenyataan. Ardan hanya bisa menatapnya dengan mata
dengan penyesalan. "Aku mencintaimu dengan cara yang... aku tidak
ukup untuk menebus segala pengkhianatan. Namun, dia tahu jawaban itu. Hati yang
n membuatnya lebih sulit. Kita tidak bisa kembali, Ardan
ertahun-tahun. Dia tahu satu hal: hari-hari ke depan tidak akan pernah sama lagi. Dia sudah lelah menunggu, lel