Purwanto
3 Buku yang Diterbitkan
Buku dan Cerita Purwanto
Istri Yang Tersiksa
Romantis "Seperti janji yang terukir di batu, aku tak akan pernah mengizinkanmu pergi, Rania. Bahkan jika kau berteriak, menangis, dan memohon seolah dunia akan berakhir, aku tetap tak akan melepaskanmu."
Selama tiga tahun pernikahan, Rania Alvi selalu merasa seperti bayangan di dalam rumahnya sendiri, terjebak dalam kesendirian yang semakin pekat. Suaminya, Rizky Wira, seorang pengusaha muda yang sukses dan dikenal dengan ketegasan serta sikapnya yang dingin, selalu membuat Rania merasa terasing. Terlebih lagi, Rizky adalah duda dengan seorang putra berusia tujuh tahun, dan pernikahan mereka menjadi lebih rumit dengan hadirnya Inez, mantan istri Rizky yang tidak pernah benar-benar pergi dari hidupnya.
Hari-hari Rania dipenuhi dengan kesunyian yang seolah menekan napasnya. Setiap kali Inez datang mengunjungi putra mereka, Rania merasakan hatinya terhimpit.
Pemandangan Rizky yang tampak lebih hangat kepada Inez daripada dirinya membuatnya hampir menyerah. Keadaan semakin memburuk ketika Rania mulai jatuh sakit; rasa sakit di tubuhnya tak bisa disangkal, tapi ia tetap mengabaikannya. Sampai pada akhirnya, dokter mengatakan bahwa Rania mengidap kanker stadium dua.
Tertekan oleh beban fisik dan emosional yang semakin berat, Rania akhirnya memberanikan diri untuk menyerahkan dokumen perceraian kepada Rizky. Ia menatap suaminya yang terdiam di depan meja, tatapan kosongnya mencerminkan kekuatan yang berusaha ia pertahankan.
"Rizky... aku tak bisa lagi. Aku... aku ingin kita berakhir," ucap Rania dengan suara yang bergetar, matanya basah, mencoba menunjukkan keteguhan di tengah kehancuran.
Rizky menatap dokumen itu sejenak, lalu menatap Rania. Wajahnya yang tajam seketika melunak, mata gelapnya menyimpan seribu pertanyaan. Tapi tidak ada kekhawatiran. Tidak ada rasa takut. Hanya ada kekesalan yang membara di balik setiap kata yang keluar dari bibirnya.
"Rania, dengarkan aku. Tidak ada perceraian di antara kita, bahkan jika itu berarti aku harus memaksa dirimu untuk tetap bersamaku," Rizky berkata, suaranya tegas dengan aura yang sulit ditangkal. "Aku tidak akan membiarkanmu pergi. Tidak sekarang, tidak pernah."
Rania terdiam, napasnya serasa terhenti. Setiap kata Rizky seperti menyayat hati, mengingatkan pada kenyataan pahit yang selama ini ia coba lupakan. Di mata Rizky, ia bukan hanya sekadar istri, tetapi sebuah kewajiban yang harus dipenuhi, bahkan jika itu berarti ia harus mengikat Rania dalam kesakitan yang lebih dalam.
"Rizky, aku... aku sudah tidak sanggup. Aku tidak bisa terus seperti ini, dengan hatiku yang hancur dan tubuh yang semakin rapuh. Beri aku kebebasan, izinkan aku untuk... untuk pergi," ujar Rania, suara di ujung tangis. Namun Rizky hanya memandangnya dengan tatapan yang menyakitkan, di antara keheningan yang seakan berbicara lebih keras daripada kata-kata apa pun.
Ia mungkin tak akan pernah mengerti, tapi dalam keheningan itu, Rania tahu satu hal: perjuangan mereka belum selesai. Dan mungkin, hanya waktu yang akan mengungkap siapa yang akan keluar sebagai pemenang dalam pertempuran hati yang memilukan ini. Rahasia Kelam Seorang Istri
Romantis Masa lalu itu ibarat api kecil yang terus menyala di sudut gelap kehidupan, siap melahap segalanya ketika tersentuh. Alina, seorang wanita dengan rahasia kelam, hidup dalam ketakutan setiap hari. Dia mencintai Arya sepenuh hati, seorang duda yang begitu menjunjung tinggi kejujuran dan kehormatan. Namun, pernikahan mereka tak lepas dari goncangan.
Ketika Arya mempertanyakan masa lalu Alina dan kesuciannya, hatinya bagai teriris. Haruskah Alina mengungkapkan aibnya yang tersembunyi, atau tetap bungkam demi menjaga sisa-sisa keutuhan rumah tangganya? Mampukah Arya menerima masa lalu yang bukan pilihannya, ataukan ia memilih jalan berbeda karena merasa dihianati?
Masa lalu Alina mungkin telah berlalu, tapi bagi Arya, itu luka yang belum sembuh. Direndahkan Oleh Keluarga Suami
Romantis Jasmine Bintang terlahir dengan keterbatasan fisik yang membuatnya sulit untuk menerima dunia di sekitarnya. Tumbuh dalam keluarga yang penuh tekanan dan kerap disisihkan, Jasmine sering merasa sepi. Ibu kandungnya, Lestari, yang selalu memandangnya dengan mata penuh kecewa, menyulut rasa tidak berharga dalam dirinya. Meskipun demikian, Jasmine mencoba membangun hidup di luar bayangan kegelapan itu dengan menikahi Ardan Mahendra, seorang pria tampan dan sukses, yang memiliki karisma memikat dan senyum yang bisa menenangkan jiwa siapa pun.
Namun, tak ada yang tahu bahwa Ardan, di balik senyum dan kepura-puraannya, menyimpan cinta yang jauh dari tulus. Keluarga Ardan, yang berasal dari golongan elit, memperlakukan Jasmine seperti perhiasan yang rusak, menghina dan mengabaikannya setiap kali kesempatan muncul. Meskipun Jasmine berusaha keras untuk membuktikan diri, rasa sakit itu tetap menusuk dan membuatnya ingin menyerah.
Suatu hari, Anindya, wanita yang pernah menjadi cinta pertama Ardan, muncul kembali, seakan angin yang membawa badai. Dengan sikap angkuh, Anindya berdiri di depan Jasmine, mengumumkan dengan suara yang penuh keyakinan dan tawa sarkastik, "Kamu tidak pernah merasakan cinta yang sejati, bukan? Apa Ardan pernah berkata bahwa dia mencintaimu? Haha, ketika aku bersamanya dulu, setiap hari dia berkata bahwa dia tak bisa hidup tanpaku."
Kata-kata itu bagaikan pisau yang menghujam jantung Jasmine. Selama ini, dia hidup dalam kebohongan, memaksa dirinya untuk percaya bahwa cinta itu nyata, meskipun semua tanda menunjukkan sebaliknya. Dalam diam, Jasmine menyadari bahwa dia telah mengorbankan kebahagiaan sejatinya demi seseorang yang tak pernah memandangnya dengan cinta tulus.
Jasmine memutuskan untuk melepaskan Ardan, memberi kebebasan padanya untuk mengejar kebahagiaan yang sebenarnya. Namun, Ardan menolak untuk melepaskan Jasmine begitu saja. Dia menatap Jasmine dengan mata yang penuh amarah dan sesal, lantas mengucapkan dengan suara berat, "Mau bercerai? Tidak ada satu pun langkah yang bisa kau ambil tanpa melewati mayatku, Jasmine."
Namun, dengan air mata yang menetes di pipi, Jasmine menyuarakan keinginannya dengan nada yang tidak pernah dia miliki sebelumnya. "Kita harus berpisah, Ardan. Maaf telah membuang waktu kita berdua selama ini."
Anda mungkin suka
Perhitungan Pahit Seorang Istri
Gavin Suamiku, Banyu, dan aku adalah pasangan emas Jakarta. Tapi pernikahan sempurna kami adalah kebohongan, tanpa anak karena kondisi genetik langka yang katanya akan membunuh wanita mana pun yang mengandung bayinya. Ketika ayahnya yang sekarat menuntut seorang ahli waris, Banyu mengusulkan sebuah solusi: seorang ibu pengganti.
Wanita yang dipilihnya, Arini, adalah versi diriku yang lebih muda dan lebih bersemangat. Tiba-tiba, Banyu selalu sibuk, menemaninya melalui "siklus bayi tabung yang sulit." Dia melewatkan hari ulang tahunku. Dia melupakan hari jadi pernikahan kami.
Aku mencoba memercayainya, sampai aku mendengarnya di sebuah pesta. Dia mengaku kepada teman-temannya bahwa cintanya padaku adalah "koneksi yang dalam," tetapi dengan Arini, itu adalah "gairah" dan "bara api."
Dia merencanakan pernikahan rahasia dengannya di Labuan Bajo, di vila yang sama yang dia janjikan padaku untuk hari jadi kami.
Dia memberinya pernikahan, keluarga, kehidupan—semua hal yang tidak dia berikan padaku, menggunakan kebohongan tentang kondisi genetik yang mematikan sebagai alasannya. Pengkhianatan itu begitu total hingga terasa seperti sengatan fisik.
Ketika dia pulang malam itu, berbohong tentang perjalanan bisnis, aku tersenyum dan memainkan peran sebagai istri yang penuh kasih.
Dia tidak tahu aku telah mendengar semuanya.
Dia tidak tahu bahwa saat dia merencanakan kehidupan barunya, aku sudah merencanakan pelarianku.
Dan dia tentu tidak tahu aku baru saja menelepon sebuah layanan yang berspesialisasi dalam satu hal: membuat orang menghilang. Gairah Nikmat Kopi Susu
Juliana 21+
"Pantas belum jalan, ada maunya ternyata" Ujar Fany
"hehehehe... Yuk..." Ujar Alvin sambil mencium tengkuk istrinya.
Fany segera membuka handuknya. Buah dadanya menggantung indah, perutnya yang rata dan mulus, serta area kemaluannya yang ditutupi rambut hitam langsung muncul. Alvin segera memeluk Fany dan melumat buah dadanya dengan rakus.
"Pintu sudah dikunci? " Tanya Fany
"Sudah...." Jawab Alvin disela mulatnya sedang mengenyot puting pink milik Fany
"nyalain Ac dulu" suruh Fany lagi
Sambil melepas sedotannya, Alvin mencomot remote AC lalu memencet tombol ON.
Kembali dia melumat buah dada Fany bergantian kiri dan kanan, buah dada yang putih dan terlihat urat-urat merah dan biru di buah dada putihnya, membuat Alvin makin rakus melumatnya.
Sambil menrunkan celana pendek dan celana dalamnya, dia membuka kaosnya, lalu merenggangkan paha Fany, ujung kontolnya yang belum tegak sempurna diberi ludah lewat jari tengahnya di bagian kepala, lalu menggosok gosok pelan di bibir vagina Fany.
Fany mendesah dan merasakan mulai ada rangsangan di bibir kemaluannya, lalu tiba-tiba masuk batang berurat milik Alvin di vagina Fany yg belum begitu siap dan basah, pelan2 lelehan cairan membasahi dinding vaginanya, Alvin mulai menggoyang dan naik turun, Fanny memeluk bagian pinggul suaminya, pahanya dibuka lebar.
Tidak lama kemudian..... Dalam Dekapan Dosen Tama
an_febizha "Jangan memberontak, Run," suara Tama terdengar berat, serak, menahan gemuruh di dadanya. Dia tidak memberi jeda. Wajahnya kembali turun, ke garis leher Runa yang berkeringat, menghirup aroma tubuh gadis itu dalam-dalam, lalu kembali mencecapnya.
"Aku suamimu," bisiknya lagi, tepat di telinga Runa, "Dan kamu istriku. Apa yang kita lakukan ini benar."
__
Oleh : anfebizha
Feniks dari Abu: Cinta yang Terlahir Kembali
Gavin Aku menarik tunanganku dari sebuah kecelakaan mobil beberapa detik sebelum mobil itu meledak. Api meninggalkan punggungku penuh dengan luka bakar yang mengerikan, tapi aku berhasil menyelamatkan nyawanya. Selama empat tahun dia koma, aku menyerahkan segalanya untuk merawatnya.
Enam bulan setelah dia sadar, dia berdiri di atas panggung konferensi pers untuk kembalinya. Seharusnya dia berterima kasih padaku. Sebaliknya, dia membuat pernyataan cinta yang megah dan romantis untuk Stella, kekasih masa kecilnya, yang tersenyum dari bangku penonton.
Keluarganya dan Stella kemudian membuat hidupku seperti di neraka. Mereka menghinaku di sebuah pesta, merobek gaunku untuk memperlihatkan bekas lukaku. Ketika aku dipukuli di sebuah gang oleh preman yang disewa Stella, Adrian menuduhku mengarang cerita untuk mencari perhatian.
Aku terbaring di ranjang rumah sakit, memar dan hancur, sementara dia bergegas ke sisi Stella karena wanita itu "ketakutan". Aku tak sengaja mendengar dia mengatakan bahwa dia mencintai Stella dan bahwa aku, tunangannya, tidak berarti apa-apa.
Semua pengorbananku, rasa sakitku, cintaku yang tak tergoyahkan—semuanya tidak ada artinya. Baginya, aku hanyalah utang yang harus dia bayar karena rasa kasihan.
Di hari pernikahan kami, dia menendangku keluar dari limosin dan meninggalkanku di pinggir jalan tol, masih dalam gaun pengantinku, karena Stella pura-pura sakit perut.
Aku melihat mobilnya menghilang. Lalu aku memanggil taksi.
"Ke bandara," kataku. "Dan tolong lebih cepat."