Rahasia Keluarga dan Pengkhianatan
bisu dari apa yang akan terjadi selanjutnya. Dia berdiri di dekat jendela, matanya terfokus pada tetes hujan yang membasahi kaca, mengalir seperti air mata yang tak pernah berhenti. Setiap
ri dunia yang biasa ia kenal. Pakaian hitamnya yang rapi kontras dengan keusangan apartemen Nadia, seolah memperlihatkan seberapa da
cang, mengingatkan dia pada hari pertama mereka bertemu, saat dia tidak tahu betapa dalamnya dia akan terperangkap dalam ja
n yang lebih besar dari yang Nadia bisa bayangkan. "Kita perlu berb
ku lakukan?" tanyanya, nada suaranya penuh dengan keputusasaan yang hampir tak terkendali. Setiap kata yang keluar dari mulutnya
yang tidak pernah Nadia lihat sebelumnya. Ada keraguan di matanya, seolah dia sendiri bertanya-tanya mengapa
. aku juga punya tanggung jawab. Kau harus menger
kup lama berada di sini untuk mengerti apa yang terjadi, Reza. Tapi, adikku-" suaranya terhenti, suara itu dipenuhi sesak yang menghalangi napas
lompat keluar dari dadanya. Mereka berdua terdiam, hanya diisi oleh detak jantung yang memburu dan hujan yang semakin deras di
an bahwa masa depanmu... masa depan kita, tidak akan seburuk yang
angkap dalam permainan ini membuatnya tak bisa menerima begitu saja. "Aku tidak ingin ada hubungan
tidak bisa membenarkan apa yang telah terjadi, tapi aku bisa melindungimu. Dan anak itu. A
dengan mata yang mulai berbinar oleh rasa takut yang belum pernah dia rasakan se
ti. "Tapi dia ada, Nadia. Dan sekarang, aku di sini untuk memastikan bahwa dia akan aman. Ka
elaskan-penuh konflik dan pengorbanan. "Kau hanya peduli pada
dia. "Aku mungkin terlihat seperti itu, tapi bukan berarti aku tidak bisa beru
bagai simbol kekuasaan, sebagai sosok yang tak terjangkau, dingin, dan penuh rahasia. Namun, kali ini, dia melihatnya deng
tanya, suaranya bergetar. "Jika aku tidak ingin terje
umut. "Aku tidak bisa membiarkanmu pergi, Nadia. Dan aku tidak bisa membiarkan anak itu tumbuh tanpa ayahny
adalah titik balik yang tidak bisa dipulihkan. Apapun yang dia putuskan sekarang, akan menentukan sisa hidupnya. Dia memand
?" Nadia bertanya, suaranya nyaris hilang, tetapi
angka. "Aku ingin kau tahu bahwa kau tidak sendirian. Dan aku ingin memastikan bahwa anak itu
alik kata-kata itu. Tapi, seiring hujan yang terus jatuh di luar sana, dia merasa ada sa