Misi Rahasia sang Pewaris
Pak Budi berusaha untuk lebih mendekatinya. Dengan segala cara, pria itu berusaha menunjukkan perhatian yang berlebiha
nya ingin memberikan bimbingan. Namun, semakin lama, ia semakin merasa bahwa ada agenda tersembunyi. Pak Budi bukan hanya mencoba mengenalnya lebih dekat, tetapi juga berusaha menempatkan diriny
mbawa secarik kertas. "Maaf, Bu Zara. Pak Budi mengundang Anda untuk makan siang
an. Pak Budi sudah ada di meja, menunggu dengan senyum yang tampak terlalu sempur
suara lembut, tapi tidak bisa menyembunyikan ke
akhirnya duduk di hadapan Pak Budi. "Te
engagumi keluargamu. Mereka telah membangun perusahaan ini menjadi sesuatu yang luar biasa. Namun, aku rasa, untuk be
penuhnya nyaman. "Terima kasih, Pak Budi.
u, Zara. Keluarga kamu telah membangun perusahaan ini, tetapi aku percaya kamu bisa lebih. Mungkin... lebih dari sekedar pewaris. Kamu
k Budi yang terasa agak mengancam. "Apa maksud Pak Budi
a, kamu bukan hanya seorang pewaris. Kamu punya otak yang cerdas dan naluri bisnis yang k
k berbicara tentang bisnis semata. Semua ini adalah t
dengan keputusan-keputusan besar. Setiap langkah yang kita a
a cemas. "Kamu benar, Zara. Kita harus berhati-hati. Tapi aku ya
enghadapi Pak Budi yang terus menerus mendekat, tetapi juga Arman, yang semakin menu
melirik sekeliling. Di sisi kanan, Arman terlihat lebih serius dari biasanya. Wajahnya datar
ya dan restrukturisasi beberapa departemen. Itu akan meningkatkan efisiensi. Untuk itu,
yang membuatnya merasa tidak nyaman. Terlalu banyak pemotongan, terlalu ba
elihat lebih jauh dari sekedar penghematan biaya. Pemotongan yang terlalu drastis bisa mengancam kualitas ker
, kamu tahu bahwa dalam bisnis, kita tidak bisa terlalu sentimental.
k jangka panjang. Memang, efisiensi penting, tapi kita juga harus menjaga integr
dalah kenyataan bahwa ia kini terjebak di tengah-tengah mereka. Di satu sisi, ia merasa terikat pada tanggung jawab untuk perusahaan dan keluargany
, suaranya mengandung ancaman terselubung. "Kamu bisa mempertahankan pandangan id
ngan ekspresi penuh tekad. Ada sesuatu dalam sikapnya yang mengesankan, namun juga membingungkan. Kenapa A
nnya. Arman menghampirinya, seakan menunggu kesempatan untuk berbicara.
engan penuh perhatia
Budi dan kamu, tapi saya ingin kamu tahu satu hal-perusahaan ini butuh pemimpin yang tidak hanya memikirkan keunt
k tahu apa yang harus saya lakukan. Sem
an biarkan dirimu terjebak. Kamu punya kekuatan unt
n mengikuti jejak Arman, yang sepertinya tahu apa yang harus dilakukan, tetapi di sisi lain, ada
gat kata-kata Rahmat. "Jangan diam, Zara
gannya, sebuah pesan masuk ke ponsel
rasa kita perlu lebih serius dalam
ia buat. Dalam benaknya, hanya ada satu pertanyaan: Akankah