Misi Rahasia sang Pewaris
Arman. Namun yang paling membuatnya terjepit adalah Arman. Pria itu, dengan sikap dinginnya, semakin memperhatikannya. Zara bisa merasakannya di udara
uar, di dalamnya terjadi pergolakan yang tak terkatakan. Arman semakin sering menatapnya, seolah-olah mencoba mencari celah. Setiap pertanya
dengan senyum jahil. "Kamu kelihatan lelah, Zara. Ada
a sedikit banyak pekerjaan," jawabnya, menyembunyikan ker
bilang begitu. Hati-hati nanti ka
laptop-nya, atau mengobrol dengan rekan-rekannya tentang proyek. Tapi hari ini, dia tidak terlihat seperti biasanya. Ada sesua
yang terhitung mantap. Zara menahan napas, berusaha tidak terlihat gugup.
erpikir," katanya, suaranya rendah namu
Oh, tidak... cuma pekerja
pi ada sesuatu yang aneh. Setiap kali ada masalah, kamu tampaknya selalu punya jawaban yang tepat. Seperti kam
at. "Mungkin aku hanya... belajar banyak tentang pekerjaa
ak, lalu melanjutkan, "Kenapa kamu selalu tahu siapa yang terlibat dalam proyek-proyek besar, bahkan yang belum diumumkan ke se
rikan jawaban yang salah, Arman bisa saja melihat melalui penyamarannya. "Aku... hanya memperhatikan," jawab
. mungkin itu masuk akal." Tapi ada keraguan di matanya yang tak bisa disembunyikan. "Aku han
akan bahwa ada sesuatu yang tidak beres, tapi dia belum cukup yakin. "Aku... hanya mencoba melakukan
Aku tidak berharap kamu mengecewakan siapa pun. Aku cuma berharap bi
taan yang mungkin akan menghancurkan penyamarannya. Zara tahu bahwa ia tidak bisa terus bersembunyi di balik topeng ini selam
napasnya yang mulai terasa berat. Dia membuka pintu dan duduk di kursinya. Dengan tangan geme
. "Zara, kita perlu bicara," katanya dengan nada yang
kit terkejut. "Tentu
merasa kamu semakin sulit diakses belakangan ini," kata Pak Budi sambil duduk
tuk tetap tenang. "Semua baik-baik saja
tapi senyum itu tida
erdas, terlalu cerdas untuk tidak memiliki lebih banyak informasi daripada ya
an? Sementara Pak Budi semakin mendekat, Arman semakin mencurigainya. Semuanya mu
yesuaikan diri dengan pekerjaan di sini," jaw
keluar dari mulutnya. "Zara, aku percaya kamu bisa lebih dari itu. Jangan biarkan dirimu terkekang oleh identitas
a mulai memahami, bahwa Pak Budi bukan hanya tertarik pada potensinya dalam bisnis-ada sesuatu yang lebih
pan yang sulit dijelaskan. "Ingat, Zara. Aku selalu ada untuk membantu kam
sedang terjadi, berputar-putar dalam benaknya seperti badai yang tak kunjung reda. Arman, P
sendiri semakin terasa seperti tebing yang rapuh, yang bisa runtuh kapa