DILEMA DI ANTARA DUA HATI
ra riang anak-anak bermain di taman membuatnya tersenyum. Di sisi lain
rus berangkat sebelum jalanan macet," Rian
secangkir teh ini," jawab Maya, sambil memanda
a. "Kau tahu, kita sudah merencanakan akhir pek
mereka memang stabil-rumah yang nyaman, pekerjaan yang baik, dan cinta ya
ergi ke acara pameran seni di kota?" Maya
wab Rian, bangkit dari kursi dan mengambil jaketny
t-saat berapi-api saat masih muda, ketika ia merasa hidup
an, kita makan malam di tempat baru?
enjawab dengan semangat. "Kita ha
dak sepenuhnya tulus. Di dalam hatinya, ia meri
u menyemangatinya. "Aku harus berbicara dengan Tara nanti," pikirnya. Mungki
n lembut. Maya terpaksa tersenyum saat Rian mulai menyanyi samb
aya! Siapa tahu, aku bisa jadi p
mu hanya akan membuat burung-burung te
hanya. "Setidaknya aku b
di sisi lain, ia merindukan bagian dari dirinya yang seolah-olah telah hilang. Saat mereka berkendara menuju
elihat seni yang menakjubkan?"
gat. Namun, jauh di dalam hatinya, ada sebuah pertanyaan
ya awal dari perjalanan yang lebih rumit. Dan saat Arman, manta
cahayaan lembut yang menciptakan suasana intim. Rian terlihat
seru Rian sambil menunjuk sebuah lukisan besar b
Mereka berpose di depan lukisan tersebut, Rian tersenyum lebar sementara Maya berusaha menampilkan sen
eri yang lebih tenang. Maya melihat lukisan yang menggambarkan dua orang yang saling
ya?" Rian bertanya, meli
nggambarkan cinta yang berjuang melawan kege
an banyak hal. Mungkin kita juga bisa menemuka
bersikap positif, tetapi ia tidak bisa menga
sa terjebak, Rian?" May
yiratkan kekhawatiran. "T
ah kau pernah merindukan sesuatu yang
mi masa-masa itu. Tapi aku percaya, kita bisa menciptakan mom
alam. "Kau benar, tetapi kadang-kadang aku mera
Rian, matanya tidak
ku yang lebih liar, lebih bebas," j
ya. Kita bisa membuat hidup ini lebih berwarn
eliling galeri, tetapi pikiran Maya terus melayang pada kenangan-kenangan b
ambil foto-foto. "Kau tunggu di sini, ya? Aku akan
asakan ketegangan di dadanya. Dalam keadaan hening i
ay
nya berdiri Arman, dengan senyum yang familiar dan tata
campur aduk. "Arman... ap
pameran seni adalah salah satu agenda pertamaku,"
e sini juga," jawab Maya,
bersamamu," Arman berkata, sedikit
ma kasih," jawabnya singkat, tet
rman, tampak tulus. "Kau ter
bali muncul. Ia merasa terjebak antara dua dunia-yang satu
gi," Maya memberi tahu Arman,
rdua cocok," Arman menjawab, teta
nggorokannya. Dalam momen yang singkat itu, ia merasakan kembal
wa kamera dan senyum lebar.
kejap, ia harus memilih: apakah ia akan membiarkan masa lalu kembali mengisi
menatap Arman, menyadari bahwa dilema
ambu